Header Ads

Instruktur Senam Geboy

    Hari itu adalah Jumat yang sangat cerah dengan kicauan burung yang samar. Mentari tersenyum kecil dan memerah pipinya. Alangkah indah pagi ini, batinku merasakannya.
    Pagi itu, aku bangun lebih awal. Tak tahu mengapa hari ini ada bisikan gaib yang mendorongku untuk bangun pagi. Aku mulai menata hati supaya kesadaranku berbalik kembali setelah diajak berkelana bidadari di alam mimpi.
   Apakah jadwal piket membersihkan kamar mandi, ya? aku berpikir. Oh, bukan! Karena, teman kosku dengan setia dan sukarela mencuci bersih kamar mandi tersebut kemarin sore.
  Atau, ada tagihan utang yang jatuh tempo pada pagi ini? Sepertinya bukan juga. Sebabnya, aku adalah tipe lelaki yang tidak suka berutang, tetapi suka memberikan utang kepada teman tanpa batas waktu. Hahahaha, tidak kok, cuma becanda.
  Jadi apa, ya? Aku mulai memanaskan otakku agar nantinya siap beraksi di depan layar komputer. Ternyata, pada pagi ini ada senam yang memang sudah menjadi agenda tiap minggu.

Persiapan Senam

    Langsung saja kuserobot celana ukuran 3/4 dan kaos oblong, dan segera meluncur ke kamar mandi. Tak ada ritual khusus seperti bersenandung kecil. jongkok mencari inspirasi, atupun aktivitas pribadi lainnya. Yang kulakukan adalah "cuma" cuci muka dan gosok gigi.
    Toh, kalau mandi seketika itu akan percuma, karena setelah senam akan mandi lagi. Bukannya, aku takut akan air seperti kambing, tapi mencoba mencari kepraktisan hidup. Tak lebih dari itu!
    Celana di bawah lutut, kaos oblong warna merah, sepatu olahraga, dan kaos kaki hampir setinggi lutut, menjadikanku seperti rapper kulit hitam. Cuek dengan bau ces-cesan waktu tidur, atau keringat yang meruak. Buihhh ... Aku berjalan dengan pasti ke tempat pemberhentian angkot.
    Angkutan kota warna pink berhenti di depanku. Tentu masih dengan kepercayaan diriku yang kental, aku masuk ke dalam mobil. Lama-kelamaan ada yang aneh. Ibu, bapak, tante, dan anak sekolah seolah melotot kepadaku dan tersenyum kecut. Apa yang terjadi denganku?
   Mana cermin, ya? Aku tengak-tengok di manakah letak cermin berada. Jelas susah mencari cermin di angkutan kota. Yang ada spion dan itupun di depan. Aku duduk di belakang. Apa mungkin sisa teleranku kurang bersih dan masih menempel di mukaku? Aku amat yakin, itu tak pernah terjadi dalam sejarah kehidupanku. Apa, ya?
    Oalah, ternyata kaos kakiku beda warna?! Sebelah warna kelabu, dan satunya warna biru. Gimana, nih? Ah ... akhirnya aku cuek saja. Untung saja mereka tidak terganggu karena bau badanku.

Sampai Kantor
    Musik beirama cepat itu terdengar mengasyikkan. Jantungku berpacu cepat untuk segera menyambanginya. Wah, aku terlambat beberapa menit ketika senam sudah dimulai. Dan, ternyata benar yang diomongkan teman-teman, ada instruktur baru di depan kerumunan itu. Tempatnya agak tinggi, sehingga para senamers bisa mengikuti semua gerakannya dengan benar.
    Untung saja, aku sudah jalan kaki sejauh 2 km dari tempat berhentinya angkot ke kantor, jadi tak perlu pemanasan. Aku telah siap!
    "Ayo semangat! Senyum dan kunci perut kalian saat aerobik!" perintah sang instruktur.
    Kunci perut?! Apa-apaan ini? Seperti seorang kaya namun kikir mengamankan mobilnya dengan berlebihan. Huh, ikuti saja, deh! Aku bebaskan segera pikiranku dari hal-hal negatip.
    Awalnya, sih, gerakannya biasa saja. Namu, lama kelamaan aku menjadi kerepotan sendiri. Gerakan memutar, memiting, meninju, dan ada lagi seperti merobek mulut, bisa-bisanya dikolaborasikan oleh instruktur.
   Aku tanya ke teman sebelah, "Dari mana dia, sih? Dan umurnya berapa?", sebetulnya pertanyaan pertama kurang nalar, aku hanya butuh jawaban dari pertanyaan kedua.
   "...., ssst ... dia berumur 50 tahun, lho!" jawab temanku.
   "Blaik, umur 50 tahun!" aku tak percaya.
   "Hooh," jawab temanku lebih mantap.
   Waduh, kenapa kerumunan ini diinstuksi oleh nenek-nenek. Hebat betul, sudah umur separuh abad, namun masih kencang segalanya ...
    Aku mengikutinya dengan separuh hati, dan berharap gerakan-gerakan ini membuatku cidera. Tapi, aku kembali berbaik sangka: Biar tua asal profesional!
   Napasku mulai ngos-ngosan, kepalaku juga pening, dan mataku berkunang-kunang. Mungkin ini karena kutukan dari si instruktur yang melihatku tak bersungguh-sungguh mengikutinya. Tapi dia malah senyum. Bukan! Karena aku sudah jarang olahraga lagi. Dulu, aku rutin berenang, dan itu membantu penampilanku. Tapi sekarang, waduh jangan dibayangkan aku seperti model, jangan harap! Aku hanya modal-madul.
   Pendinginan telah dilakukan dengan iringan musik romantis dari mbak Uthe.
   "Ha ... hi ... he ... hu ... ha ... haaaaa ... haaaaaaaa," teriakan panjang nan kompak membahana sebagai penanda berakhirnya senam.
    Horeee! Selesai ... keringat bercucuran seperti ingin menertawakanku. Uppss ... ada apa tuh di dalam?
    Ternyata, telah disediakan arem-arem dan bala-bala. Yummy ...


















































2 komentar:

  1. Salam kenal Sis
    klo boleh tau, yang sista lakukan itu gerakan senam apa ya?
    dan klo ada info tentang baju senam murah di daerah Surabaya mhon infonya ya? tq :)

    BalasHapus