Berjuang Tanpa Harus Mengeluh

Mumet, pusing dan apa yang harus kukatakan ya?
Berbohong kadangkala mengenakkan, tapi selebihnya hanya mengurut dada. Alangkah bodohnya diriku ketika harus meminta izin ke sana ke mari dengan alasan yang selalu berubah-ubah.
Pertama dengan alasan ada kepentingan keluarga, kedua alasan sakit, ketiga ke kampus ada acara penjelasan Scholarship, keempat adalah alasan mengurus surat yang hilang ke kantor kepolisian. Terus aku kehabisan akal apalagi yang harus kumohokan bila besok ada lagi “Pencerahan”.

Apakah aku harus seperti ini terus???

Pendidikan diri yang sangat konyol, ya kalau semua alas an itu baik misalkan acara Scholarship jadi kenyataan. Jika sakit, surat hilang yang jadi alasan menjadi kenyataan, ya minta maaf saja.

Aku hanya bisa istighfar, istighfar dan istighfar....
Pengin banget kerja dengan integritas dan kejujuran yang baik, namun itu perlu waktu dan butuh kerja keras yang ga main-main. Ibu dan keluargaku di rumah kadang khawatir jika terjadi apa-apa pada diriku. “Mas, kalau berfikir jangan keterlaluan...sak madya saja.”. Tapi ya itu aku merasa kalau punya cita-cita (bukan keinginan) sebisa dan semampu mungkin meraihnya dengan kerja keras. Mungkin klise ya, Andhy ya kayak gitu dari dulu.

Tapi sekarang aku berkaca dengan keadaan yang menjadi tolakan kehidupanku di masa lalu, aku akan mengeremnya jika sudah melampui batas kemampuanku. Mungkin harus ada penyeimbang ya....Apa itu?Aku baru mencarinya

“Ya Allah jikalau pintu rezeki lain itu adalah jalanku untuk berjuang meraih AKU, dekatkanlah aku kepadaMU. Jika bukan maka lepaskanlah dengan baik-baik. Dan apabila rumah yang selama ini AKU anggap masih layak untuk berintropeksi buatku, maka legakanlah hatiku untukMU. Sesungguhnya keputusanKU adalah yang terbaik untukku. Aku percaya pada AKU. Lindungilah aku ya Rabb.”

Aku akan berjuang menujuMu ya Allah...