CPNS DOSEN 2014 (Bagian 14): Petaka Listrik Padam
Petaka itu hadir berwujud listrik padam. Sekarang, saya baru merasakan kegamangan saudara saudara kita di pulau seberang yang setiap hari mengalami pemadaman listrik. Mereka pasti tak nyaman saat hasrat belajar menggebu gebu. Ritual khitan massal juga terhenti karena listrik tak menyala. Alih alih memotong kulit kemaluan dengan berkarakter, bisa bisa penis terpotong karena sang mantri khitan tak mampu melihat si pengantin sunat.
Tapi, setelah saya pikir pikir, listrik padam ada untungnya dalam beberapa hal. Salah satunya bagi pasangan pengantin baru. Listrik padam berarti berkah karena suasana hening dan mendukung pertempuran untuk mendapatkan keturunan. Lalu, bagaimana dengan situasi tes CPNS Dosen 2014 yang saya alami waktu itu dengan listrik tetiba mati?
'Sial, sial, sial ....' saya menggerutu kesal dengan kenalan baru sesama peserta ujian juga merutuk panitia ujian yang tak becus menyediakan listrik cadangan berupa genset.
'Kalau kondisi kaya gini, saya bolak balik beser, Mas!' ucap kenalan anyar saya yang sudah saya lupa namanya karena kondisi waktu itu chaos. Para peserta ujian tampak terpukul dengan matinya listrik.
Apakah saya takluk dengan situasi yang membuat mental para peserta ujian termasuk saya anjlok total? Tidak, tidak, dan jangan sampai! Ketangguhan seorang pemimpin teruji ketika berada dalam keadaan paling ekstrem. Bagaimanapun dengan cara apapun, saya musti mengendalikan diri dan menyamankan hati saya meskipun sangat berat. Kejiwaan saya ada di titik nadir. Siapa lagi yang akan menghibur diri saya kalau tidak saya sendiri? Istri waktu itu belum punya, masa saya harus berkeluh kesah pada tiang bendera di kantor Pusbangtendik, Depok Sawangan?
'Saya harus mandi biar badan segar lagi!' seru saya dengan kenalan baru saya sudah melompat menuju entah ke mana.
Para peserta ujian tercerai berai menanti harap harap cemas pengumuman dari panitia kapan tes akan kita mulai. Selenting kabar, panitia telah mengontak PLN untuk memperbaiki listrik di Pusbangtendik. Syukur saya ucapkan pada Alloh dan berdoa semoga ujian bisa terlaksana karena jika tidak saya balik Tangerang dalam tangan hampa.
'Mandi di toilet.' batin saya.
Sudah jadi kebiasaan saya jika mandi di manapun bisa saya lakukan asal toiletnya bersih. Waktu itu, saya mengesiapkan wejangan sahabat saya "Kalau kamu sudah jadi pejabat, jangan sekali sekali mandi di stasiun, terminal, atau fasilitas publik lain. Kau nanti harus lebih elegan. Mandilah di hotel!'
Ajaibnya, toilet Pusbangtendik antre banyak peserta ujian. Salah satu bilik terdengar suara gebyar gebyur air yang sepertinya ada salah satu peserta yang punya kegemaran sama mandi di ruang publik. Baiklah, saya tunggu sampai saya dapat giliran untuk mengguyur sekujur tubuh ini dari kepala sampai ujung kaki biar segar.
Menunggu sepuluh menit, saya dapat jatah mandi. Bersiul siul dan berdendang lirih melepaskan kekesalan, saya memupuk keyakinan kembali jika tes hari ini akan berjalan dan saya MENANG!
Tapi, setelah saya pikir pikir, listrik padam ada untungnya dalam beberapa hal. Salah satunya bagi pasangan pengantin baru. Listrik padam berarti berkah karena suasana hening dan mendukung pertempuran untuk mendapatkan keturunan. Lalu, bagaimana dengan situasi tes CPNS Dosen 2014 yang saya alami waktu itu dengan listrik tetiba mati?
'Sial, sial, sial ....' saya menggerutu kesal dengan kenalan baru sesama peserta ujian juga merutuk panitia ujian yang tak becus menyediakan listrik cadangan berupa genset.
'Kalau kondisi kaya gini, saya bolak balik beser, Mas!' ucap kenalan anyar saya yang sudah saya lupa namanya karena kondisi waktu itu chaos. Para peserta ujian tampak terpukul dengan matinya listrik.
***
Apakah saya takluk dengan situasi yang membuat mental para peserta ujian termasuk saya anjlok total? Tidak, tidak, dan jangan sampai! Ketangguhan seorang pemimpin teruji ketika berada dalam keadaan paling ekstrem. Bagaimanapun dengan cara apapun, saya musti mengendalikan diri dan menyamankan hati saya meskipun sangat berat. Kejiwaan saya ada di titik nadir. Siapa lagi yang akan menghibur diri saya kalau tidak saya sendiri? Istri waktu itu belum punya, masa saya harus berkeluh kesah pada tiang bendera di kantor Pusbangtendik, Depok Sawangan?
'Saya harus mandi biar badan segar lagi!' seru saya dengan kenalan baru saya sudah melompat menuju entah ke mana.
Para peserta ujian tercerai berai menanti harap harap cemas pengumuman dari panitia kapan tes akan kita mulai. Selenting kabar, panitia telah mengontak PLN untuk memperbaiki listrik di Pusbangtendik. Syukur saya ucapkan pada Alloh dan berdoa semoga ujian bisa terlaksana karena jika tidak saya balik Tangerang dalam tangan hampa.
'Mandi di toilet.' batin saya.
Sudah jadi kebiasaan saya jika mandi di manapun bisa saya lakukan asal toiletnya bersih. Waktu itu, saya mengesiapkan wejangan sahabat saya "Kalau kamu sudah jadi pejabat, jangan sekali sekali mandi di stasiun, terminal, atau fasilitas publik lain. Kau nanti harus lebih elegan. Mandilah di hotel!'
Ajaibnya, toilet Pusbangtendik antre banyak peserta ujian. Salah satu bilik terdengar suara gebyar gebyur air yang sepertinya ada salah satu peserta yang punya kegemaran sama mandi di ruang publik. Baiklah, saya tunggu sampai saya dapat giliran untuk mengguyur sekujur tubuh ini dari kepala sampai ujung kaki biar segar.
Menunggu sepuluh menit, saya dapat jatah mandi. Bersiul siul dan berdendang lirih melepaskan kekesalan, saya memupuk keyakinan kembali jika tes hari ini akan berjalan dan saya MENANG!
Post a Comment