FANTASIK
Teman saya pernah berujar begini:
'Aku kalau di pasar, banyak orang, pasti pusing pengin muntah!'
Agoraphobia itu namanya. Ketakutan pada keramaian. Biar berasa solider, saya ikut ikutan saja dan kalau teman teman lain mengajak ke mal atau tempat banyak manusia, saya menolaknya karena takut. Ssst, sebetulnya alasan saya agar uang tidak habis buat foya foya. Bukan pelit, melainkan prihatin.
***
Jabar Fair 2015 di Taman Dadaha Tasik seolah menguji diri saya apakah masih mau mengaku sebagai penderita agoraphobia. Waktu saya jogging mengitari Dadaha, hati saya tergelitik untuk masuk ke ajang pameran produksi kreatif Priangan itu. Padahal di situ banyak orang yang berjubel. Batin saya bimbang menyuruh saya untuk masuk atau tetap lari lari.
'Lawan atuh itu apa namanya anggora, agoraphobia?' bisik batin saya. 'Kerumunan orang itu mengasyikkan. Kalau rezekimu, kau bisa lihat pencopet beraksi ambil dompet. Atau, kau akan punya kenalan neng geulis sekaligus bapaknya yang berkumis tebal dan sangar!'
Saya menghentikan langkah lari sejenak mengamati Jabar Fair 2015 di samping kiri saya. Hati saya masih belum mampu mengarahkan tubuh saya bergerak ke sana. Pun saya memejamkan mata dan menghirup udara dalam dalam.
'Ya Alloh, kuatkan saya. Beranikan hati ini untuk lebur bersama orang orang di sana!' saya berdoa.
Lima menit saya dalam hening. Pelari lain silih berganti mendahului saya dalam kaos mereka yang basah keringat. Huppp, saya menegakkan badan dan menatap Jabar Fair 2015. Saatnya saya tampil!
***
Ketakutan itu ternyata tak ada dan saya membuatnya seperti film horor yang memaksa pikiran dan badan saya untuk takluk. Sewaktu beli karcis masuk seharga lima ribu rupiah, saya melangkah mantap di gerbang pameran dari bambu. Cantik menurut saya, sih. Namun, apakah isi dalamnya akan membuat saya takjub?
Foto foto jadul hitam putih tampil paling mencolok karena tepat di gerbang masuk. Sejarah Priangan mengajak kita jalan jalan waktu zaman kolonial dan perjuangan kemerdekaan RI. Saya suka banget foto Presiden Sukarno tengah menjenguk salah satu kiai Priangan yaitu KH Soedjat atau Mama Kudang. Kayanya si kiai tengah sakit. Tapi kok saya malah berpikir Presiden Sukarno bertanya:
Ada tiga kemungkinan, sih: Kumaha damang? bagaimana kabar? atau Parantos tuang, Ji? Sudah makan, Ji? atau Hiji tambah hiji sabaraha? Satu tambah satu berapa?
Produk UKM dari beberapa daerah di Jawa Barat pula menyemarakkan pameran. Inovasi barang seperti teh, aneka camilan, susu bekatul, mie lidi, dan masih banyak lagi memanjakan mata untuk menguras dompet kita. Yuk, belanja saja karena produk dalam negeri patut kita dukung!
Stan Brigade Infanteri dan AU tak kalah genit melambai lambaikan tangan mereka ke kita. Ayo, masuk. Di situ, kita bisa pura pura main senapan, memegang kapal terbang mini, atau bercanda ria dengan para tentara yang tidak sangar melainkan ramah dan baik hati. Universitas Siliwangi pun ikut mejeng dengan karyanya. Saya sempat menyapa mahasiswa yang jaga dan mengucapkan 'kalau ngantuk, ngopi ya!'
***
Akhirnya, saya lega bisa melawan kutukan agoraphobia di Jabar Fair 2015. Jika Anda punya ketakutan lain seperti takut nilai ujian jeblok, takut karir mandek, takut hidung memesek, dan ketakutan lain, bisa Anda coba pameran ini. InsyaAlloh manjur punya. Salam wisata Tasik yang Fantasik!
Post a Comment