RACUN DUNIA ITU MAKARONI PEDAS TASIK
Semua soal selera. Bagi si Anton makanan A enak, belum tentu dengan lidah saya. Saya menyukai minuman B, Anton barangkali muntah muntah ketika mencobanya. Segalanya hanya soal cara membidik sesuatu. Pesannya, tak bijak jika memaksa hal yang kita anggap spesial pada orang lain. Ya kalau doski berkenan, jika tidak kita malah kena damprat sih iya.
Selain seblak, yang akan saya ceritakan nanti, ada makanan Tasik yang saya menjulukinya racun dunia yaitu makaroni. Gerai kudapan ini ada di berbagai sudut kota Tasik. Saya mencobanya kali pertama di Dadaha, kedua di Alun Alun Tasik. Snack ini memang menjebak, merangsang mulut untuk terus mengunyahnya, sedangkan perut sudah meronta ronta minta ampun.
Periode pertama, saya mulas luar biasa. Namun untuk berak susah sekali. Sepertinya, sakit perutnya nyantol di pusar kali ya? Walhasil, saya makan pil pereda perut melilit ditambah minum air putih sebanyak banyaknya sampai kembung banget. Mulut saya sempat bersumpah tak akan makan lagi makaroni pedas, namun saya ulangi lagi untuk kali keduanya di Alun Alun.
'Bumbu Atomnya bikin bego, tuh!' pesan teman saya.
Atom semacam masako penyedap rasa yang punya tingkat kepedasan. Mau super pedas, taburkan Atom sepuas hati sembari berdendang dangdut. Inilah yang membikin makaroni Tasik sulit sekali penyantapnya berhenti. Iya, karena Atom menghipnotis otak untuk terus, terus, dan terus mengunyah.
Siksaan perut seperti dibombardir peluru selalu berada di akhir cerita. Makaroni pedas tidak salah. Penjualnya pun tak melakukan kejahatan medis. Hanya, pilihan ngemil sayalah yang patut dipertanyakan. Sudah nggak doyan pedas, masih tetap ngeyel coba!
Post a Comment