LOTEK > GUDEG
Sesungguhnya, bukan gudeg yang membuat saya selalu rindu Jogja melainkan lotek. Itu karena lotek punya sensasi meriah dalam rasanya ketimbang gudeg yang manis mutlak. Lotek ialah kuliner nano nano, segala rasa ada, pedas-manis-asin-masam, semuanya. Menyantapnya ibarat hidup itu sendiri yang warna warni.
'Kau kaya domba, sih?!' cibir teman saya di Jakarta.
Apa ada yang salah dengan domba, ya? Domba juga makhluk ciptaan Tuhan yang menurut saya kita sederajat. Sederajat karena hidup di Bumi sama sama ngontrak. Pun, domba bukannya tak pernah terindikasi kena serangan jantung dan stroke karena kolesterol tinggi bukan? Malah, domba domba yang membikin manusia terserang penyakit mematikan itu dengan daging mereka?
Lotek terlanjur mengisi relung hati saya. Sayur mayurnya yang kres dan menyehatkan pencernaan hingga mudah berak, sambal kacangnya yang kalau menempel di lidah bisa bikin merem melek, dan krupuknya yang mengangkasakan tubuh saya. Lotek ialah kesempurnaan kuliner.
Pada detik ini, Jogja bukan lagi kota gudeg melainkan kota lotek. Selamat buat Kota Jogja, ya. Semoga gelar baru ini berkah. Amin.
Post a Comment