SINGKONG, SINGKONG, SINGKONG!

Singkong, ubi, talas, sebenarnya negeri kita amat mudah memproduksinya. Siapa pun tak bisa menyangkal jika sekali menanam bibit singkong, jutaan kilo hasil kita dapat. Negeri kita terlampau kaya hingga membuat kita silau dan malas. Promosi besar besaran cukong beras lah yang membikin kita menjauhi ihwal persingkongan. Menyedihkan bukan?
Mengonsumsi singkong itulah usaha pengiritan. Juga kita bisa menjauhi risiko terserang diabetes karena kandungan glukosa beras yang tinggi. Kata para ahli, singkong dan umbi umbian lain semacam solusi pangan. Akan tetapi, kenyataan di lapangan belum semudah yang kita pikir. Pedagang pasar banyak yang tidak tertarik untuk menjual singkong khawatir kalah dengan beras. Stok di pasar tidak melimpah dan kabarnya singkong impor merajai negeri ini. bagaimana kalau seperti ini?
Perlu promosi besar besaran guna melejitkan pamor singkong dan umbi umbian. Peran pemerintah memastikan produksi dan stok singkong nasional meruah. Masyarakat didorong untuk tidak malu malu mengonsumsi dan mencipta kreasi kuliner berbahan singkong sehingga nilai tawar dan jualnya tinggi. Tidak mustahil mimpi singkong punya puluhan juta peminat akan terlaksana sesegera mungkin. Asal tidak gengsi saja. Justru makan singkong itu elit.
Masih banyak obrolan seru tentang singkong. Teman saya berkata, 'Kantor harus menyediakan singkong waktu rapat dan dilarang makanan Barat. Okelah kita beli di pasar sama simbah simbah. Apa mereka punya stempel buat nota pertanggungjawaban kita?'
Benar juga sih. Di tingkat bawah timbul letupan keren kaya begitu. Ambil bagusnya saja kalau ide ini mulai berjalan. Patut kita syukuri. Sekarang tinggal kita mau tidak untuk hidup bersama singkong dan saling mencintai?
Post a Comment