7 HARI/24 JAM: Turun Gunungnya Dian Sastro
Dian Sastro menurut saya sebuah pesona. Apapun filmnya, ia selalu bak magnet yang menarik para penggemarnya untuk terus mengikuti apapun beritanya. Setelah sukses menjadi ikon remaja dua belas tahun lalu lewat "Ada Apa Dengan Cinta?", Sastro enam tahun sesudahnya lenyap bak ditelan Bumi. Ia memilih sebagai pertapa alias seorang ibu yang berfokus ke keluarganya dan hebatnya merampungkan studi S2 manajemennya. Perempuan Jawa bernama asli Dian Paramitha Sastrowardojo ini patut mendapat apresiasi yang baik.
Jelang akhir 2014, Sastro mengejutkan dengan kabar reunian eks pemain AADC? pada film mini lanjutan sinema besutan Riri Riza dan Mira Lesmana itu. Lumayan mengobati kerinduan akting Sastro memang. Namun, durasi yang sangat pendek malah membikin geregetan padanya. Kurang puas!
"7 Hari/24 Jam" karya sutradara Fajar Nugros ternyata kabar gembira itu. Dian Sastro turun gunung dan beradu peran dengan Lukman Sardi yang akhir akhir ini jam terbangnya semakin tinggi. Sempat ada keraguan dalam benak saya apakah lama rehatnya Sastro akan menurunkan kualitas penghayatan perannya. Ditambah dengan lawan mainnya Lukman Sardi, saya khawatir Sastro tenggelam.
Membeli karcis ini agak gamang, sih. Tapi ada semacam bisikan yang mengarahkan saya membeli tiket. Baik, saatnya membuktikan hipotesis saya!
DRAMA KOMEDI 80% ADEGAN di RUANG TERTUTUP
Kita bisa membayangkan bagaimana film yang nyaris keseluruhan adegannya ada di ruang tertutup. Menjemukan biasanya kata yang kita punyai, bukan? Delapan puluh persen film 7 Hari/24 Jam diambil di ruang rawat sebuah rumah sakit. Genre film ini saya sebut sebagai drama komedi rumah tangga.
Garis besar kisah film ini mengaduk aduk hubungan sepasang suami istri, Tyo diperankan Lukman Sardi dan Tania oleh Dian Sastro. Keduanya sama sama sibuk. Tyo sutradara beken, Tania pekerja kantoran yang tengah mengejar ambisi kariernya. Saking sibuknya, Tyo jatuh sakit disusul Tania. Sang dokter memutuskan merawat keduanya dalam satu ruangan selama 7 hari 24 jam.
Di luar dugaan, Fajar Nugros selaku sutradara meracik film berseting sederhana ini dengan tingkat kekocakan yang parah bin cerdas. Guyonannya tidak norak, santai namun mengena. Saya dan penonton bioskop, sayangnya berjumlah tak banyak, terkekeh kekeh sepanjang film. Di sela ledakan tawa penonton, Nugros juga menyelipkan nilai keluarga yang bagus. Spesial sekali.
Namun kelemahan film ini terletak pada banyaknya pendukung dana alias sponsor yang tampil di film. Rumah sakit Bethsaida, Paramount Land, Yamaha, RCTI, satu persatu muncul sehingga secara artistik agak mengganggu. Saya memaklumi jika sineas butuh dana tidak sedikit. Jalan salah satunya menggandeng rekanan bisnis. Rada kecewa sih, tapi sudahlah.
Dalam film ini, saya mengapresiasi akting Lukman Sardi yang keren banget. Kalau bisa membandingkan, Dian Sastro satu level di bawah Sardi. Sastro tetap bagus namun tidak luar biasa meski kembali lagi magnetnya tetap pada dirinya. Saya membayangkan duo ini bisa terus dikloplan seperti Meg Ryan dan Tom Hanks. Seru kalau melihat mereka berakting pada satu film di masa mendatang.
Secara total, 7 Hari/24 Jam layak diganjar dengan 8 bintang dari 10. Andai tak ada sponsor di film, nilai bisa naik setengah atau satu bintang. Kerja keras yang hebat, Sutradara Fajar Nugros. Terima kasih sudah memberi camilan yang keren.
Post a Comment