MOHON CERAIKAN SAYA DARI FACEBOOK
Ini kali kedua saya menyatakan bercerai dengan media sosial Facebook. Pertama tahun 2008, saat kondisi mental tengah drop akibat sebuah alasan, namun saya berpikir ulang untuk kembali memainkan FB. Saya beranggapan masih buuhlah saya dengan apkikasi besutan Marc Zuckerberg itu. Sekarang, saya benar benar kembali ke masa bersitegang dengan FB.
Alasan saya ada dua yang menurut saya mulai mengusik kenyamanan saya alias privasi saya terganggu. Pun jika saya mau adil, saya mungkin juga membuat resah teman teman maya saya. Dua hal yang memberatkan hingga saya memutus FB yaitu:
1. Hilangnya ruang pribadi saya
Sebelumnya saya berpikir jika FB ialah wahana silaturahim antar teman yang mampu mendekatkan tulisan pada teman teman saya. Pada titik ini tak mampu menyebut karya saya saking jengkelnya. Mudahnya, FB sarana promosi yang efektif. Namun sejalan waktu, beberapa teman saya yang entah bercanda atau bukan terlalu masuk ke kehidupan saya. Mereka tanpa tedeng aling aling, kasar mengomentari, hal pribadi saya. FB terlalu terbuka dan setiap orang bisa memelototi dan menelanjangi kita.
Saya sudah berbicara baik baik dengan oknum itu. Tapi kembali lagi mentah karena memang karakter orang berbeda beda bukan? Sebenarnya saya tak adil juga melarang mereka menaruh komentar apa saja. Asal jangan sesuatu yang pribadi. Toh saya tidak pernah mengurus mereka. Niat saya hanya belajar konsisten menulis tanpa sedikitpun pamer. Kembali lagi, apresiasi orang berlainan. Saya lah yang belum siap secara mental menanggapi mereka.
2. Artikel Berentet
Lama lama saya berpikir jika FB semacam penindasan orang untuk menelan mentah mentah informasi. Saat kita me-like sebuah artikel serta merta itu menyebar. Seolah kita memaksa orang untuk membaca. Sejatinya kita bisa me-unfollow penyebar berita itu. Sangat mudah. Namun saya terlanjur menilai FB malah mengajari orang untuk bergerombol menyerang berita yang tak sepaham dengan kita, alih alih menciptakan wahan diskusi yang santun dan beradab. FB sekarang bak tempat berkerumun orang yang siap menerkam siapa saja yang kita anggap musuh. Itu menyiksa nurani saya.
Saya pada posisi sekarang tidak kuat lagi bermain di FB. Godaan untuk kembali lagi besar; beberapa teman menanyakan apakah saya baik baik saja dan kehilangan saya yang acap menulis panjang lebar bertema entah. Namun saya menenangkan diri terlebih dahulu dari bingar FB. Bermain lagi atau pensiun, saya masih menimbang nimbang. Namun condongnya saya menghapus memori FB dari otak dan perasaan saya.
Post a Comment