MASIH MAU BERJALAN SEBELAH KIRI?
Guru SD saya selalu berpesan agar pulang berjalan di sebelah kiri jalan. Katanya itu aman. Terus dan terus sampai instruksi itu menempel di otak saya sampai sekarang. Namun, saya kini mencermati jika berjalan di sebelah kiri sangat berbahaya dan memiliki nilai filosofi yang buruk. Bukan karena adat ketimuran yang lebih menganggap segala yang kanan ialah kebaikan. Lebih dari itu, ada sesuatu yang penting tentang "berjalanlah di sebelah kanan jalan"!
Memori saya masih merekam kejadian ketika Mak saya keseruduk motor pada Magrib yang harinya saya lupa. Seorang lelaki tanggung, kabarnya tidak tengah mabuk, menubruk Mak saya dari arah belakang dengan alasan motornya oling. Mak saya berjalan ke arah Selatan, kiri jalan, dan motor penubruknya pada arah yang sama. Kaki Mak saya patah dan harus mendapat perawatan medis selama berbulan bulan. Awalnya saya beranggapan itu musibah dan saya menerimanya.
Di lain waktu, saya sendirilah yang ketiban sial. Anak SMP dalam baju seragamnya pas jam pulang sekolah, ugal ugalan dan menyerempet saya sampai saya melompat masuk selokan dengan sekujur tubuh saya belepotan. Pun anak SMP liar itu ngebut terbirit birit meninggalkan saya. Dalam uluran tangan warga di dekat saya, saya berkali kali mengucapkan terima kasih pada mereka, saya langsung berpikir jika berjalan di sebelah kiri ialah kebodohan. Itu suatu ketidakcermatan para guru yang mereka turunkan!
Tak parah memang musibah yang saya alami, tidak kaya Mak yang kakinya di-gips selama dua bulan. Tapi, saya mulai menganalisis jika berjalan di sebelah kiri tak ubahnya seseorang yang menyerahkan nyawa begitu saja pada pengendara edan. Berbeda kalau memilih berjalan di sebelah kanan, mata kita selalu awas dengan laju mobil atau motor dari arah berlawanan kita. Selain itu, para pengendara jelas pula memperkirakan seberapa jarak harus ia beri bagi pejalan kaki. Berjalan kaki di sebelah kanan mengajari kita untuk tegas menatap masa depan.
Sekarang, saya tak pernah lagi berjalan di sebelah kiri karena itu membahayakan saya. Kalau ada trotoar sih nggak begitu masalah. Namun kita tahu sendiri kan kalau trotoar pun sudah diserobot oleh para pedagang tak ramah pejalan kaki. Yah, begitulah negeri ini. Tak apa apa. Saya hanya bisa berupaya minimal menyelamatkan nyawa saya dengan berjalan kaki di sebelah kanan jalan.
Post a Comment