Softex Sumbat Toilet Kos Cowok
'Boker di pom bensin pagi pagi gara gara toilet
kos membludak tahinya!' jerit Zico.
Kutahan komentarku sampai nanti jam sembilan dan membiarkan teman teman Zico
yang lain pertama menimpali ceritanya. Lima, sepuluh, lima belas menit, belum
ada yang berkunjung untuk sekadar memberi ucapan penenangan 'yang sabar ya, Mas!'
atau malah cibiran 'mampus kau, Zic! Makan itu tahi! Hahaha ....'
Zico membalas, 'Ho oh, kayanya iya!'
Kukulum senyum dan kulanjutkan kegiatanku mengajar aneka satwa di Bonbin
Gembira Loka. Aku seorang pawang berhati baik, bijak, dan suka humor. Semua
hewan adalah sahabatku yang kupelajari seluruh gerak geriknya yang kucermati
sama persih dengan manusia: jahatnya, baiknya, galaunya, semuanya.
Jam 12 waktu istirahat tiba. Perutku berdangdut, berkata "dang"
meminta nasi ayam dan "dut" memohon jus mangga. Kupacu Beat merah
yang kunamai 'Shakespeare' menuju Warung Makan Angola. Di luar perkiraan banyak
orang, ada restoran murah meriah yang menyajikan menu masakan negeri Angola.
Rasanya sangat Afrika yang semarak di lidah, perut, dan perasaanku.
'Bagaimana kloset kosmu, Mas Zico?' tanyaku.
'Teoriku kalau softex masuk itu betul nggak?'
'Mungkin juga. Tapi siapa yang tega memasukkannya? Kosku bukan campur lo, Dan.
Cowok semua. Atau, mereka pakai softex buat bikin tren baru, ya? "Cowok
keren, pakai softex!". Atau lagi, barangkali cewek mereka pas main ke
kamar, saking malasnya ya buang ke kloset. Biasa, cewek gaul! Datang tak
dijemput, pulang kasih oleh oleh softex ....'
Kami pun akrab mengobrol juga bertukar kabar cewek masing masing. Tapi kami
memastikan untuk tidak saling bertukar pasangan. Gusti, cinta tidak untuk main
main, batinku. Zico kalap tanduk dua piring katanya merapel makan 3 kali dalam
sehari jadi sekali. Aku melonjak takjub.
'Nanti sore latihan capoeira?' tanya Zico.
Post a Comment