Ketika Mak Lampir Turun Merapi
Saat Jogja panik seperti ini, Merapi meriang lagi dan batuk batuk darah, tak ada yang peka memperhatikan jika Mak Lampir masih eksis. Bersama pembantu setianya, Grandong, ia turun gunung menuju kota.
'Grandong, cuekin saja Merapi!' seru Mak Lampir. 'Dia ya kaya gitu. Kalau kurang sesajen ngambek. Kita tinggal saja ntar dia juga diam.'
Grandong yang berwajah seram, matanya merah menyala, rambut gimbal sebokong, mengangguk pada majikannya itu. Debu debu yang dimuntahkan Merapi mulai mengganggu pernapasan Grandong dan ia mengeluarkan sapu tangan biru telur asin bergambar ibu negara Ani Yudhoyono.
'Cepat, Nyah! Bisa mati TBC saya kena debu ini.' ucap Grandong resah.
'Baiklah. Sabar. Aku ganti pakaian dulu.' kata Mak Lampir elegan.
Bunyi glodak glodak menguar dari dalam kamar di rumah Mak Lampir yang berbahan dasar bambu. Sebentar sebentar Mak Lampir tertawa meringkik seperti kuda betina bunting yang siap melahirkan.
Merapi semakin garang menyemburkan materi, batu sebesar gajah juga lava orange yang meleleh bagaikan nanah. Warga di kota sudah panik, meraung raung dalam migrasi mereka mencari tempat yang aman. Para pejabat naik naik ke atas mimbar mencorongkan imbauan mereka agar masyarakat tenang namun terus waspada.
'SIAP, Ndong!' teriak Mak Lampir.
'Ya ampun, Nyah ... Anda pakai kostum apa itu?' Grandong terperangah.
Mak Lampir memakai bikini, berdandang menor dengan bedaknya tebal dan gincu merah menyala. Wajahnya sekarang berubah cantik tak seperti sebelumnya yang buruk rupa. Ia menyihir dirinya sendiri. Selempang bertulis "Miss Merapi Forever" melingkari tubuhnya.
'Ini yang warga Yogya maui, kan?' tanya sekaligus kata Mak Lampir. 'Mereka di bawah suka keseksian, kemesuman, dan ini akan mengalihkan isu Merapi Meletus. Mereka akan memperbincangkanku. Syahrini penyanyi CABUL itu? Meledaklah tubuhnya olehku!'
'Cakap, Nyah!' balas Grandong. 'Lalu kita akan ngapain ntar di bawah?'
'TELANJANG!' seru Mak Lampir serius. 'Ya merayu orang orang Jogja. Kita hipnosis mereka, masukkan ke kamp konsentrasi, nanti aku ambil kos bulanan, dan kita bunuh satu persatu. Kita makan bareng.'
'Setuju, Nyah ....'
Dan mereka berdua turun gunung. Berpesta pora.
___________________
Sumber gambar: commons.wikimedia.org
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie.blogspot.co
Post a Comment