Header Ads

Lelaki Afrika Pengagum Hujan


Aku punya sahabat Afrika. Ia kau tahu, kulitnya hitam legam dan hanya giginya yang tampak. Awalnya dulu aku tak pengin dekat dengannya, secara apa kata dunia jika teman teman borjuisku tahu aku berteman dengan orang berkulit aspal? Bisa runtuh langit menimpaku, menggencetku, dan semua cibiran terarah padaku.

'Selamat pagi. Saya Bazingwan.' ulur tangannya padaku.

Itulah kalimat pertama yang meluncur dari mulut teman Afrikaku. Bajingan mulanya kudengar. Bayanganku sudah ke mana mana mengatakan ia mendapat beasiswa kuliah secara gaib. Atau, barangkali ia seorang teroris Somalia yang sengaja menyusup di kampus untuk nanti meledakkan kami sekelas saat belajar Kalkulus?

'Namamu Danie, kan?' tanyanya.

Bagaimana dia tahu nama akrabku itu, sedangkan teman teman kampus menyebut diriku "Columbus". Ya, aku selalu mengenalkan diri sebagai penemu Amerika. Akulah seorang pelaut ulung itu. Atau kalau tak percaya, aku anak turun si Columbus. Itu sudah cukup untuk menghentikan polemik dalam benak Anda.

Sejalan waktu, tugas yang mempererat hubungan kami. Memang Tuhan menguji kesabaranku dengan menjadikan Bazingwan rekan setimku.

Ada yang menyebalkan dari Bazingwan. Saat mengerjakan tugas, kebetulan hujan deras, ia selalu berteriak teriak bagaikan seekor monyet yang kesurupan gorila.

'Tuhan, Kau jangan kencing begitu. Dahsyat benar Kau, Tuhan!" serunya.

Lantas, setelah meneriakkan kalimat itu, ia menghambur ke jendela. Selama beberapa menit ia termangu, menatap garis garis hujan yang saling berpotongan, dan menggumam.

'Andai seperti ini di kampungku, tak akan ada kelaparan.' ucapnya lirih.

Bazingwan, sudah jadi apa kau sejak lulus dari kampus kita?


____________
Sumber gambar: lifepulseblog.com

Tidak ada komentar