Satu Paket untuk Dona: Mengusir Badai untuk Sahabatku
Pesawat menunggu badai reda. Untuk terbang mengantarkan paketku. Satu seprai batik untuk sahabatku. Bermotif kereta kencana yang membawa Dewi Sinta. Menuju Rama yang baru saja memutus leher Raja Buruk Muka Rahwana.
Sahabatku di pulau seberang. Tak tahu jika diriku memberi kejutan kepadanya. Ya, seprai yang kubeli dari hasil perihku. Berharap ia memakainya untuk tidur dengan nyenyak. Ialah bermimpi bertemu seorang Pangeran hingga tak mengigau lagi.
Ingin tahu percakapan terakhir diriku dengan sahabatku? Akan kuceritakan dengan senang hati.
'Dan, kenapa aku mimpi jelek terus?' ujar Dona, sahabatku itu.
'Apa yang kau pikirkan?' tanyaku.
'Tidak ada. Pekerjaan kantorku selesai.' jawabnya.
Aku membayangkan, ia semakin giat bekerja di kantor barunya. Setelah perpisahan menyakitkan dengan perusahaan lamanya, bertengkar sengit dengan sang bos. Dona aku rasa mulai dewasa dengan keadaannya sekarang. Tidak melulu idealisme yang disombongkannya. Ia pasti tengah belajar realita yang menuntut dirinya bertransaksi dengan sekelilingnya. Tawar menawar yang saling menguntungkan.
'Kau kurang olahraga, Don.' tegasku.
'Memang iya sih, Dan. Tapi tidak juga. Aku naik sepeda tiap berangkat dan pulang kerja.'
Wah kemajuan lagi buat Dona. Ia naik sepeda. Yang dahulu disebutnya sebagai olahraga para miskin. Kini ia termakan oleh ucapannya. Tertawa dalam hati, aku justru bersyukur. Pelajaran lagi untuk Dona, jika menjaga mulut adalah a
'Sudah lupakan saja mantan kekasihmu yang playboy itu.' gelakku.
'Bukan masalah itu. Sudah aku lupakan.'
'Beneran?'
Ia mengangguk dengan mantap.
***
Berita di radio. Hujan semakin ganas. Pohon pohon bertumbangan. Ditambah lagi isu tentang alien yang menyerang bumi. Dimulai di daerah Yogya. Dan aku berfantasi, para pemimpin negeri ini akan lari terbirit birit. Menyelamatkan keluarga dan harta mereka dari ambil paksa para alien. Jatuh bangkrut para kaya negeri elok ini. Lalu mereka menawarkan payung di tengah hujan, menerima seribu seribu rupiah, untuk makan seadanya. Memang dunia selalu berputar.
Kukontak agen kargo. Pesawat ditunda. Pengiriman besok hari.
Yah. Kecewa hati ini. Padahal besok adalah hari ulang tahun Dona. Maksud hati membuat kejutan, harus digeser satu hari. Tidak masalah.
Sudah kutulis pesan di selembar kertas.
"Seprai batik untukmu Dona. Semoga persahabatan kita kekal."
Meribut www.andhysmarty.multiply.com
Sahabatku di pulau seberang. Tak tahu jika diriku memberi kejutan kepadanya. Ya, seprai yang kubeli dari hasil perihku. Berharap ia memakainya untuk tidur dengan nyenyak. Ialah bermimpi bertemu seorang Pangeran hingga tak mengigau lagi.
Ingin tahu percakapan terakhir diriku dengan sahabatku? Akan kuceritakan dengan senang hati.
'Dan, kenapa aku mimpi jelek terus?' ujar Dona, sahabatku itu.
'Apa yang kau pikirkan?' tanyaku.
'Tidak ada. Pekerjaan kantorku selesai.' jawabnya.
Aku membayangkan, ia semakin giat bekerja di kantor barunya. Setelah perpisahan menyakitkan dengan perusahaan lamanya, bertengkar sengit dengan sang bos. Dona aku rasa mulai dewasa dengan keadaannya sekarang. Tidak melulu idealisme yang disombongkannya. Ia pasti tengah belajar realita yang menuntut dirinya bertransaksi dengan sekelilingnya. Tawar menawar yang saling menguntungkan.
'Kau kurang olahraga, Don.' tegasku.
'Memang iya sih, Dan. Tapi tidak juga. Aku naik sepeda tiap berangkat dan pulang kerja.'
Wah kemajuan lagi buat Dona. Ia naik sepeda. Yang dahulu disebutnya sebagai olahraga para miskin. Kini ia termakan oleh ucapannya. Tertawa dalam hati, aku justru bersyukur. Pelajaran lagi untuk Dona, jika menjaga mulut adalah a
'Sudah lupakan saja mantan kekasihmu yang playboy itu.' gelakku.
'Bukan masalah itu. Sudah aku lupakan.'
'Beneran?'
Ia mengangguk dengan mantap.
***
Berita di radio. Hujan semakin ganas. Pohon pohon bertumbangan. Ditambah lagi isu tentang alien yang menyerang bumi. Dimulai di daerah Yogya. Dan aku berfantasi, para pemimpin negeri ini akan lari terbirit birit. Menyelamatkan keluarga dan harta mereka dari ambil paksa para alien. Jatuh bangkrut para kaya negeri elok ini. Lalu mereka menawarkan payung di tengah hujan, menerima seribu seribu rupiah, untuk makan seadanya. Memang dunia selalu berputar.
Kukontak agen kargo. Pesawat ditunda. Pengiriman besok hari.
Yah. Kecewa hati ini. Padahal besok adalah hari ulang tahun Dona. Maksud hati membuat kejutan, harus digeser satu hari. Tidak masalah.
Sudah kutulis pesan di selembar kertas.
"Seprai batik untukmu Dona. Semoga persahabatan kita kekal."
Meribut www.andhysmarty.multiply.com
Post a Comment