Perutku Kuliner Mulutku Ember
Masuki dunia kegelapan. Usus, jantung, pankreas dicampur hormon dan enzim asam basa netral. Sistem pencernaan tanpa senter. Gelap, apa saja masuk. Adukan maut, kontraksi a la ibu hamil keranjingan makan. Pa, pengin makan ini. Pa, mangga tetangga colongin. Ngidam apa saja yang mungkin dipikirkan. Memberi kepercayaan penuh kepada koki, chef, atau tukang masak keliling. Inilah kita, berawal dari mulut laksana ember, nikmati dan resapi wisata kuliner.
Merica tumbuk lembut. Jangan lempar ke mata saingan. Pedih, perih, hati hancur berkeping keping, menyerupai TKI dicambuk diabaikan pemerintah. Ini Bos uang devisa, ini juga punggungku bolong seperti Sundel. Oh, aku memasak buat orang asing. Beroleh tusuk gigi menancap di mata.
Jahe, panaskan jiwaku. Masakan tidak anyir jika diberi parutan jahe. Baunya merangsang libido. Untuk penggemar kuliner, lewat. Pejabat bangsa tingkatan jahe, meredakan mencret mereka. Tak lagi tai cair kami gagahi. Tepat kuliner baru: Mencret Begawan Ekonomi yang Kehilangan Pegangan. Oh, tidak Tuan Presiden. Guwe menyerah. Takluk. Game ini sudah pernah saya khatamkan. Lupa lagi. Cari bibit baru. Oke tak masalah, Begawan. Ada ahli ekonomi baru lulusan Shanghai. Dia penggemar kuliner. Siap makan? Ayo. Mari kita kemon.
Aneka bumbu sudah siap ditumis. Sayuran juga. Pak koki manis memakai seragam. Uweng uweng, asap memenuhi dapur. Mata tidak perih, ditutup uang tip pelanggan. Mata, mulut, jakun, perut, meronta ronta. Naik turun berkelejotan memohon hidangan segera datang. Plis, beri kami makan. Dompet kulempar kalau koki lama. Cepat, tanggap darurat. Cihuy, pengantar datang. Melonjak, otak mode on:
Mayday, mayday, SOS. Bantuan datang.
Menikmati malam hujan bersama kekasih di Pulau Hantu, Lombok Permai.
Merica tumbuk lembut. Jangan lempar ke mata saingan. Pedih, perih, hati hancur berkeping keping, menyerupai TKI dicambuk diabaikan pemerintah. Ini Bos uang devisa, ini juga punggungku bolong seperti Sundel. Oh, aku memasak buat orang asing. Beroleh tusuk gigi menancap di mata.
Jahe, panaskan jiwaku. Masakan tidak anyir jika diberi parutan jahe. Baunya merangsang libido. Untuk penggemar kuliner, lewat. Pejabat bangsa tingkatan jahe, meredakan mencret mereka. Tak lagi tai cair kami gagahi. Tepat kuliner baru: Mencret Begawan Ekonomi yang Kehilangan Pegangan. Oh, tidak Tuan Presiden. Guwe menyerah. Takluk. Game ini sudah pernah saya khatamkan. Lupa lagi. Cari bibit baru. Oke tak masalah, Begawan. Ada ahli ekonomi baru lulusan Shanghai. Dia penggemar kuliner. Siap makan? Ayo. Mari kita kemon.
Aneka bumbu sudah siap ditumis. Sayuran juga. Pak koki manis memakai seragam. Uweng uweng, asap memenuhi dapur. Mata tidak perih, ditutup uang tip pelanggan. Mata, mulut, jakun, perut, meronta ronta. Naik turun berkelejotan memohon hidangan segera datang. Plis, beri kami makan. Dompet kulempar kalau koki lama. Cepat, tanggap darurat. Cihuy, pengantar datang. Melonjak, otak mode on:
Mayday, mayday, SOS. Bantuan datang.
Menikmati malam hujan bersama kekasih di Pulau Hantu, Lombok Permai.
BalasHapusDasar lidah kampung, taunya oseng-oseng bongkrek dan sambal mentah. Cobain nih sesekali masakan internasional; otak koruptor.
Ah elo. Secara gito low. Muka kampung, tetap duwong. Bisa sopan ga sih? Digampar Alex mampus low.
BalasHapusEh elo orang mana se. Dasar orang pencari suaka. Secara gito low. Udah, ganti peran. Capai bibirku
BalasHapusAlex mulai sering menyambangi blog-mu ya. Selamat deh. Biar aku cari blog baru saja. Ngambeg. Ah, diam! Jangan berapologi. Brisik. Kembalikan cincin emasku.
Nah cemburu. Salahku apa to ya. Susuk tak pakai. Ya wis. Senin kamis sbtu ama kamu. Selebihnya buat Alex. Adil kan
BalasHapus
BalasHapusLu pikir gue cowo apaan, dijatah-jatah kek gitu? Gue tuh mahal, tau. Gue lempar kolor nyaho lu. Bisa sopan ga sih?
Kutangkap kolor itu. Kucampur ke mi instanku. Kuserot, enak, masih bau pesing
BalasHapus
BalasHapusJorok. Ku-DOM kau nanti. Demen Orang Mandailing.
Cuih. Narsis. Aku aja orang Jawa ga manis2 banget. Mandailing punya pantai ga? Bikiniku nganggur. Mau pinjam? Ukuran XXL
BalasHapus
BalasHapusLha, sepele.... Jangan-jangan kopi tubruk yang kau sruput itu biji kopinya dari kampungku.... Kopi Mandailing terkenal lho. Nggak lah, becanda aku. Emang banyak yang minum, sampe mancanegara, tapi jarang yang tau itu kopi dari kampungku, robusta klas I.
Sori Pha. Tugas PNS bukan cuma nyetempel KTP. Promosiin Mandailing lah.
BalasHapusRencana aku juga pengin balik kampung. Mau kasih cutton bud. Patriotik? Semoga ada jalan.Ha6