Zig Zag Kata
Membaca singkat. Membaca lama.
Silang kaki, menyangga kepala. Mulut ternganga, gumamkan keluh kesah bercampur kata-kata buku.
Hidupku di buku. Aku menjadi bagian buku. Entah siapa yang menyuruh. Aku tak tahu.
Dengan nama Tuhan yang Maha Esa, Pancasila telah terbentuk dengan nyata. Aku menunduk penuh arti. Merasakan kegairah para Tetua bangsa mendirikan negeri ini.
Buku, aku ingin meninggalkanmu. Aku sudah muak. Ingin kulempar ke gurun pasir, biar tertancap ke pohon kaktus. Merasakan durinya yang tajam. Kau mencuri waktuku, bermainku, cintaku, dan seluruh kesenanganku.
Buku jahanam, tinggalkan diriku seorang diri. Aku ingin mengatur kehidupanku.
Sikat kaki, kuku hitam kubersihkan dengan tusuk gigi. Meraba-raba apakah telapak kakiku terserang rangen. Pecah-pecah bagai bumi yang kekurangan air.
Tidak, kamu pasti tidak kuat. Kamu di sana gembel.
Pasti, sudah aku perkirakan. Kayuh terus sepeda kumbangmu. Menuju pantai harapan. Hiruplah udara kebebasan. Jangan pedulikan kata orang. Penuhi dirimu dengan kepuasan yang kau dapat dengan peluhmu. Orang hanya memberi komentar. Keputusan ada pada dirimu.
Emak, kau ada di mana? Belikan sandal. Tali putus, aku merasakan bumi dengan terpaksa.
Sungguh, biarlah dirimu BEBAS.
Merpati, terbangkan aku. Ikutkan aku dengan kartu pos yang kaucengkeram. Aku ingin berkunjung ke negeri lain.
Supaya kau tahu hai Badak. Kulitmu tak laku dan pabrik kulit buaya bertebaran di mana-mana. Malu kau!
Wanita, perempuan, emansipasi, mari mengipasi tubuh kalian dengan segala yang kaurasakan.
Minuman anggur di hadapan kalian. Hai. Tunjukkan kepada para lelaki hidung belang. Jika kalian berani mabuk. Menari di pinggir jalan. Bertelanjang dada. Mari bersama-sama. Keadilan yang didapat.
Pelecehan. Muntah kutumpahkan ke kemejamu. Biar kau ribut membersihkan baju kebanggaanmu. Aku tertawa puas.
Tertawa______________________________
Silang kaki, menyangga kepala. Mulut ternganga, gumamkan keluh kesah bercampur kata-kata buku.
Hidupku di buku. Aku menjadi bagian buku. Entah siapa yang menyuruh. Aku tak tahu.
Dengan nama Tuhan yang Maha Esa, Pancasila telah terbentuk dengan nyata. Aku menunduk penuh arti. Merasakan kegairah para Tetua bangsa mendirikan negeri ini.
Buku, aku ingin meninggalkanmu. Aku sudah muak. Ingin kulempar ke gurun pasir, biar tertancap ke pohon kaktus. Merasakan durinya yang tajam. Kau mencuri waktuku, bermainku, cintaku, dan seluruh kesenanganku.
Buku jahanam, tinggalkan diriku seorang diri. Aku ingin mengatur kehidupanku.
Sikat kaki, kuku hitam kubersihkan dengan tusuk gigi. Meraba-raba apakah telapak kakiku terserang rangen. Pecah-pecah bagai bumi yang kekurangan air.
Tidak, kamu pasti tidak kuat. Kamu di sana gembel.
Pasti, sudah aku perkirakan. Kayuh terus sepeda kumbangmu. Menuju pantai harapan. Hiruplah udara kebebasan. Jangan pedulikan kata orang. Penuhi dirimu dengan kepuasan yang kau dapat dengan peluhmu. Orang hanya memberi komentar. Keputusan ada pada dirimu.
Emak, kau ada di mana? Belikan sandal. Tali putus, aku merasakan bumi dengan terpaksa.
Sungguh, biarlah dirimu BEBAS.
Merpati, terbangkan aku. Ikutkan aku dengan kartu pos yang kaucengkeram. Aku ingin berkunjung ke negeri lain.
Supaya kau tahu hai Badak. Kulitmu tak laku dan pabrik kulit buaya bertebaran di mana-mana. Malu kau!
Wanita, perempuan, emansipasi, mari mengipasi tubuh kalian dengan segala yang kaurasakan.
Minuman anggur di hadapan kalian. Hai. Tunjukkan kepada para lelaki hidung belang. Jika kalian berani mabuk. Menari di pinggir jalan. Bertelanjang dada. Mari bersama-sama. Keadilan yang didapat.
Pelecehan. Muntah kutumpahkan ke kemejamu. Biar kau ribut membersihkan baju kebanggaanmu. Aku tertawa puas.
Tertawa______________________________
Post a Comment