Seorang Muslim di Misa Natal
24 Desember 2012 ialah kali pertama saya menginjakkan kaki di lantai sebuah gereja. Ya, Santo Yakobus Bantul. Apa yang saya rasakan? Antara bingung, takjub, gelisah, canggung, kesal, semuanya! Bagaimana bisa saya sampai masuk di Misa Natal sementara saya seorang Muslim? Tidakkah gerak gerik saya yang kaku akan mencurigakan warga Katholik yang sedang beribadat?
Ini semua berawal dari obrolan singkat dengan Bayu teman saya. Bayu sama dengan saya: Muslim. Oleh temannya ia diminta bantuan untuk mengabadikan momen Natal.
'Biar wacana berpikir kita meluas, Mas Danie.' kata Bayu.
'Oke, aku ikut!' jawab saya tegas.
Sangat beruntung saya tidak mengikuti berita di televisi yang melulu membahas haram tidaknya mengucapkan 'Selamat Natal' pada rekan Kristiani. Terlalu menguras energi menurut saya. Masih banyak cerita keren lain yang bisa didapat dari pengamatan di sekeliling kita.
***
'Jam tujuh harus sampai sana!' Bayu berkata.
Saya melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul enam lewat. Ini berarti saya musti mengegas Mio milik Bayu dengan tenaga ekstra. Dus, meluncurlah kami dalam perut kami yang kosong. Selepas Bayu memotret, ia berjanji mentraktir saya.
'Bay, aku nanti yang traktir kamu makan Mie Jawa, ya!' kata saya serius di jalan. Saya amati spion, wajahnya hitam karena seharian ia memburu objek foto.
'Ah, aku saja, Mas Danie .... Kutahu kamu sedang bokek. Kamu baru saja beli jam tangan baru, kan?' Bayu bersikukuh akan mentraktir saya.
Saya menuruti saja permohonan dia dalam pandangan saya fokus di jalan. Saya di depan sementara Bayu di belakang dengan tas besarnya yang berisi alat alat fotonya yang ia sebut 'Pusaka Bertuah'.
Sampai di Bantul, gerimis menyambut kami. Berputar putar sebentar karena Bayu lupa letak Gereja Santo Yakobus, kami bertanya pada seorang tukang parkir.
'Gereja lewat sana, Mas ....' jawab si bapak yang menjelaskan menyebut 'ke Utara, Selatan, Barat, Timur' yang disambut Bayu dengan ucapan terima kasih.
Urusan mata angin, saya mengaku menyerah. Navigasi saya sangat buruk dan saya tidak berniat membenahinya karena malas. Saya membiarkannya karena itulah keunikan; bertanya ke orang orang, beralasan akan mengobrol dengan mereka, tersesat, dan cerita aneh aneh. Orang Yogya memang unggul pengusaan tempat.
'Patokan Utara Gunung Merapi, Mas Danie.' sambung Bayu yang sudah menunggang Mio di belakang saya. 'Selatan, Samudera Kidul.'
'Aku sudah tahu, Bay!' jawab saya galak. 'Tapi malas saja ngapalin!'
'Ini bukan masalah menghapal, Mas Danie. Lebih dari itu, kepekaan!'
'Entahlah, Bay ....'
Bayu ngakak mengetahui kebandelan saya. Ia tahu jika saya orang yang tak mau diatur namun ia mengakui jika saya orang yang setia kawan.
***
(bersambung)
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie.blogspot.com
Sumber gambar: albertusgregory.blogspot.com
Post a Comment