Menunggu Bedug Buka: Aktivitas Pemancing Pahala
Sangat enak jika menjadi orang kaya. Sirup merah di meja makan, buah-buahan segar melirik tajam, dan roti tawar berhias mentega siap sedia. Aku hanya bisa bermimpi di Ramadhan ini, berimajinasi semua hal indah itu berada di depanku. Langsung kusantap dan tak kupedulikan orang lain. Itulah aku, sayang aku orang miskin.
Bedug maghrib masih satu jam lagi. Aku menanti cemas, apa yang bisa kumakan. Kutancapkan kabel listrik untuk merebus air. Satu bungkus teh celup akan mendampingiku berbuka. Gula tinggal sedikit, kugoyangkan pantat kaleng, ia keluar dengan kepasrahan yang tak ditutup-tutupi. Teh sedikit manis, satu gelas cukup untuk melengkapi puasaku di hari ini.
Anak-anak kecil berlarian di depan kosku. Mereka tertawa terbahak-bahak menikmati liburan. Satu minggu sekolah mereka diliburkan, untuk menghormati datangnya bulan suci. Aku ingin beranjak dari kursi, tapi aku sudah tua dan tak pantas bermain bersama mereka. Pandanganku kembali beralih ke teko listrik, air belum mendidih.
Suara Bu Kos terdengar nyaring. Dia sepertinya sedang marah. Aneka umpatan berhasil dia layangkan entah kepada siapa. Aku berdiri dan kucari dari mana asal kejadian itu. Ternyata di tempat jemuran. Bu Kos memelototi si Bibi pembantu kos. Karena tak tega, aku membiarkan emosi Bu Kos meluap, toh dosa dia tanggung sendiri. Aku kembali melamun, berandai-andai apakah yang akan kulakukan jika aku berhasil di kemudian hari.
Bedug malah terasa semakin lama. Khayalanku seakan memasung sang waktu untuk bergulir. Kuluruskan kedua kakiku, kedua tangan kuletakkan di tengkuk biar agak santai. Tepat, aku relaks dan sekujur tubuhku teraliri darah segar yang dihasilkan sunsum tulang belakangku. Alangkah nikmatnya menjadi orang kaya.
Buka puasa ....
Bedug maghrib masih satu jam lagi. Aku menanti cemas, apa yang bisa kumakan. Kutancapkan kabel listrik untuk merebus air. Satu bungkus teh celup akan mendampingiku berbuka. Gula tinggal sedikit, kugoyangkan pantat kaleng, ia keluar dengan kepasrahan yang tak ditutup-tutupi. Teh sedikit manis, satu gelas cukup untuk melengkapi puasaku di hari ini.
Anak-anak kecil berlarian di depan kosku. Mereka tertawa terbahak-bahak menikmati liburan. Satu minggu sekolah mereka diliburkan, untuk menghormati datangnya bulan suci. Aku ingin beranjak dari kursi, tapi aku sudah tua dan tak pantas bermain bersama mereka. Pandanganku kembali beralih ke teko listrik, air belum mendidih.
Suara Bu Kos terdengar nyaring. Dia sepertinya sedang marah. Aneka umpatan berhasil dia layangkan entah kepada siapa. Aku berdiri dan kucari dari mana asal kejadian itu. Ternyata di tempat jemuran. Bu Kos memelototi si Bibi pembantu kos. Karena tak tega, aku membiarkan emosi Bu Kos meluap, toh dosa dia tanggung sendiri. Aku kembali melamun, berandai-andai apakah yang akan kulakukan jika aku berhasil di kemudian hari.
Bedug malah terasa semakin lama. Khayalanku seakan memasung sang waktu untuk bergulir. Kuluruskan kedua kakiku, kedua tangan kuletakkan di tengkuk biar agak santai. Tepat, aku relaks dan sekujur tubuhku teraliri darah segar yang dihasilkan sunsum tulang belakangku. Alangkah nikmatnya menjadi orang kaya.
Buka puasa ....
Mengapa kau mengeluh? Bukankah puasa adalah kursus untuk merasakan kemiskinan? Alangkah tak pantas kau menjejal lambungmu dengan restoran Padang!!!
BalasHapusYee ... sebelum ada Keppres anti perngeluhan hehehe keluar, aku jor-joran mengeluh donggg
BalasHapusPuasa adalah sarana menambah kecantikan kulit hahahaha
emang ular kobra :P
Kau ganti kulit gih, udah butek tuh.
BalasHapusAh ga mau, secara aku bangga dengan kulit seperti ini. Ga perlu pemutih, pelembut, dan pewangi.
BalasHapusJoroc ach.
BalasHapusKok jorok?
BalasHapusPunya kulit kok gak diganti-ganti. Pake baju aja kudu diganti, apalagi pake kulit.
BalasHapusAku sudah bilang. Punya penyakit kulit tuh harus bangga.
BalasHapusSecar hidup di rumah tropis, ya harus legawa kalau punya kulit beginian.
Asal rajin memberi minyak jelantah, pasti OK kok!
Ah ga mutu tenan ki
Hmmmm.........
BalasHapus* mengolesi minyak jelantah ke sekujur tubuh *
Asyiiiikkkk
BalasHapuskamu telah menampilkan kembali budaya bangsa tempo dulu
Puteri istana awet cantik karena melakukan ritual ini.
Tolong sebarkan berita gembira ini ke seluruh warga Kerajaan ya
Marilah beramai-ramai!!!
BalasHapus