Takjil: Pesona Ramadhan bagi Sahaya
Masjid adalah rumah Tuhan, rumah Allah. Dan saya menyadari itu. Dari hati nurani, mengatakan "Hai, Paijo, berkunjunglah sering sering ke Masjid. Nanti engkau akan mendapatkan pencerahan."
Minimal:
1. Banyak teman baru yang didapat
2. Hati tak melulu berfokus pada hal duniawi. Ada sesuatu yang musti diperoleh: Ketenangan batin.
3. Jika pada bulan Ramadhan, ya ... TAKJIL.
>> Petualangan saya kali ini berkaitan erat dengan takjil. Masjid seakan menjadi primadona baru dalam hidup saya. Bukannya mengaji, mencari ilmu agama, atau bersilaturahim dengan masyarakat alim, saya justru tengah hot hotnya berburu Nasi Takjil Ramadhan.
>> Mengapa tidak zaman dulu saja saya mengenal takjil?
Pertanyaan sombong yang baru kali ini saya bisa jawab.
Dahulu saya merasa takjil adalah sebuah bentuk kekalahan kita. Menjadikan kita sebagai pengemis berkedok intelektualitas. Namun saat ini, Tuhan seperti memberi sebuah pertanyaan balik:
"Nah, lo, takjil kali ini beda kan?"
Tentu Tuhan tidak berbicara verbal seperti itu. Tidak mungkin. Keperkasaan Tuhan tidak dapat disandingkan dengan apapun. Untuk memberi saya bantuan di saat susah tahun ini, Ia menunjukkan TAKJIL.
>>Akhirnya saya belajar. Belajar jika, semua tidak bisa dihitung secara matematis menurut pengetahuan kita yang sangat standar. Tidak boleh kaku dalam berprinsip. Harus fleksibel. Di kala kita dihadapkan kepada Bos yang super galak, kita tidak boleh melawannya dengan atas-galak. Pasti dikira Subversif. Tidak boleh terulang. Fleksibel dalam segala hal.
>>Takjil menjelang buka bersama yang berjajar rapi seakan menjadi penyambung nyawa saya. Anugerah yang tak ternilai. Sedih mengetahui Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Lebaran, habis lebaran, saya harus berjuang ekstra keras dengan mengganti kata Takjil menjadi Rezeki Mandiri. Oh, kadang saya merasa kecil. Tak mampu. Tapi apakah saya harus mundur, padahal musuh harus ditaklukkan. Di depan kita persis.
>>Maafkan saya, jika masih menganggap masjid adalah tempat takjil. Untuk sementara. Dan takjil adalah pemancing yang baik bagi manusia pemalas seperti saya. Semoga ada pencerah lain selain takjil.
TAKJIL, semoga berkah melimpah kepada mereka yang memberi makan kepada sahaya. Dan semoga mereka dalam kurun waktu mendatang, mengganti bantuan makan menjadi bantuan berupa "Cara biar bisa Makan" kepada para sahaya. Amin.
Minimal:
1. Banyak teman baru yang didapat
2. Hati tak melulu berfokus pada hal duniawi. Ada sesuatu yang musti diperoleh: Ketenangan batin.
3. Jika pada bulan Ramadhan, ya ... TAKJIL.
>> Petualangan saya kali ini berkaitan erat dengan takjil. Masjid seakan menjadi primadona baru dalam hidup saya. Bukannya mengaji, mencari ilmu agama, atau bersilaturahim dengan masyarakat alim, saya justru tengah hot hotnya berburu Nasi Takjil Ramadhan.
>> Mengapa tidak zaman dulu saja saya mengenal takjil?
Pertanyaan sombong yang baru kali ini saya bisa jawab.
Dahulu saya merasa takjil adalah sebuah bentuk kekalahan kita. Menjadikan kita sebagai pengemis berkedok intelektualitas. Namun saat ini, Tuhan seperti memberi sebuah pertanyaan balik:
"Nah, lo, takjil kali ini beda kan?"
Tentu Tuhan tidak berbicara verbal seperti itu. Tidak mungkin. Keperkasaan Tuhan tidak dapat disandingkan dengan apapun. Untuk memberi saya bantuan di saat susah tahun ini, Ia menunjukkan TAKJIL.
>>Akhirnya saya belajar. Belajar jika, semua tidak bisa dihitung secara matematis menurut pengetahuan kita yang sangat standar. Tidak boleh kaku dalam berprinsip. Harus fleksibel. Di kala kita dihadapkan kepada Bos yang super galak, kita tidak boleh melawannya dengan atas-galak. Pasti dikira Subversif. Tidak boleh terulang. Fleksibel dalam segala hal.
>>Takjil menjelang buka bersama yang berjajar rapi seakan menjadi penyambung nyawa saya. Anugerah yang tak ternilai. Sedih mengetahui Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Lebaran, habis lebaran, saya harus berjuang ekstra keras dengan mengganti kata Takjil menjadi Rezeki Mandiri. Oh, kadang saya merasa kecil. Tak mampu. Tapi apakah saya harus mundur, padahal musuh harus ditaklukkan. Di depan kita persis.
>>Maafkan saya, jika masih menganggap masjid adalah tempat takjil. Untuk sementara. Dan takjil adalah pemancing yang baik bagi manusia pemalas seperti saya. Semoga ada pencerah lain selain takjil.
TAKJIL, semoga berkah melimpah kepada mereka yang memberi makan kepada sahaya. Dan semoga mereka dalam kurun waktu mendatang, mengganti bantuan makan menjadi bantuan berupa "Cara biar bisa Makan" kepada para sahaya. Amin.
BalasHapusPersis curahan hati Lek Ran di komplekku.
Apa? Lek Jaran? Kau kanibal! Makan teman sekomplek.
BalasHapus
BalasHapusUntung kau kurus, Ndy.
Kegemukan kaga bisa siul saya mah.
BalasHapus