Kisah Lima Menitku Memuaskanmu
Suasana mendung dengan asap kenalpot yang tampak menghitam. Sepeda motor dua tak juga menambah parah, asap yang mengepul dan erangan mesinnya menggelitik telinga para pengendara. Pepohonan bergoyang enggan, angin tak bersabat. Menekan hati untuk mengeluh, lima menit seakan menjadi neraka bagi mereka yang tak memiliki cadangan kesabaran.
Datang para pengamen dan pengemis jalanan. Keduanya menyenandungkan hal yang sama; yang satu menyanyikan lagu meloromantis, sedangkan pengemis bercerita keluh kesah mereka. Suara musik di dalam mobil beradu dengan melodi gitar. Pengendara tampan dengan kaca mata hitam berwibawa bergeming dan tak sadar jika dirinya disambangi teman jalanannya. Pengamen beranjak pergi tanpa menggerutu.
Jemari pengendara itu bergerak-gerak di setir mobil, mengikuti entakan musik. Tangan berhias kaleng berkarat mengacung ke arah mobil. Sempat menyentuh kaca jendela mobil, tapi tak digubris sang pengendara. Pengemis memutuskan pergi dan mencari belas kasih pengendara lain.
Lampu lalu lintas berubah. Warna hijau sekarang.
Mobil sang pengendara pelit macet. Wajahnya memerah dan kebingungan. Klakson-klakson menggerutu dan menjerit-jerit.
Post a Comment