KENAPA DISEBUT "PENDADARAN"?
Dua hari lalu, saya dan Ramzi berselisih seru tentang telur. Kata Ramzi, ia sehari bisa makan telur sebanyak tiga butir. Langsung saya memonyongkan bibir saya mencibir jika tempe lah yang terbaik karena telur bikin bokong bisul bernanah.
'Telur itu bikin mata buta juga!' imbuh saya menyerang Ramzi.
'Kau sudah tidak bernalar, Dan!' tangkis si Ramzi tak mau kalah sama pendapat saya. 'Badanku jadi gede begini karena telur. Jelas karena telur ....'
Saya mengikik sekeras kerasnya tak peduli menyerupai seekor kuda habis makan dedak setelah melayani tuannya membawa seorang saudagar beras. Badan Ramzi memang tinggi, padat, dan berotot. Tapi itu tidak jaminan dia jadi orang hebat. Meski saya dan Ramzi bersahabat, saya sering mengolok ngolok dia kalau badan besar, suka ke gym, kalau mentalnya mungil akan jadi tertawaan dunia. Namun cemooh ini tidak kami masukkan dalam hati, sekadar meramaikan suasana persahabatan kami.
'Telur akan bikin matamu buta, Sob Ramzi ....' ulang saya.
'Apa alasanmu?!' sosor Ramzi.
'Kalau kocokan telurnya kau kucurin di matamu!' jawab saya ringan. Ramzi memukul punggung saya ngeloyor pergi.
***
Saya sekarang berada di Gramedia. Biasa ... saya lihat lihat buku. Dan kalau menarik saya ambil buku itu, mengendap endap menjauhi sekuriti, dan saya sobek plastik pembungkusnya. Duduk ngesot, atau kalau ada bangku baca kosong saya duduk laksana seorang raja sembari mencicipi ramuan si pengarang buku.
Pun konsentrasi saya buyar karena godaan HP. Jujur, saya sudah terhipnotis oleh hingar bingar per-HP-an. Sekarang saya jadi jauh dengan buku yang telah memberi banyak ilmu bagi saya. Membaca sudah jadi barang langka bagi saya. Saya sedih ....
"Alhamdulillah, pendadaran!" seru status FB salah satu teman saya.
Senang banget dengar dia berkata seperti itu setelah jenuh menyimak status dirinya yang setiap saat gundah oleh skripsi. Suatu Senin ia mengeluh dosennya jahat, Selasa pernah ia menendang nendang pot teras rumahnya, Jumat ia berkicau kaya kesurupan jin karena mengejar tanda tangan dosen tak kunjung dapat, dan semua hal buruk. Syukur sekarang dia pendadaran.
Lantas saya mencampakkan buku dan berpikir kenapa bisa ada kata "pendadaran" untuk menyebut tes akhir kuliah. Saya menerka nerka dengan banyak pilihan alasan. Di antaranya seperti ini:
1. Dosen menganggap mahasiswa ialah telur yang siap ditetaskan menjadi seekor ayam imut. Masuk akal kalau ini. Filosofi yang bagus.
2. Ini suatu bentuk balas dendam para dosen pada mahasiswa mereka dengan menyebut mahasiswa ialah seperangkat penggorengan terutama wajan yang pantatnya hitam.
3. Dosen dan Ramzi satu komplotan yang ingin melibas para penggemar tempe termasuk saya.
Emp ....
Belum sempat saya meluncurkan opsi keempat, seorang sekuriti sudah ada di samping saya. Ia menjulang dengan seragam birunya yang licin. Saya ketakutan karena telah menyobek plastik sampul buku.
'Mas, Anda Daniera kan?' si bapak sekuriti berkata pada saya sembari tersenyum.
Kok .... Ia mengenal saya? Dari mana dia tahu ....
Mari merapat di www.rumahdanie.blogspot.com
Post a Comment