Layar Asmara
Layar kapal kami tertiup angin. Entah angin muson barat, timur, tenggara, atau apa kami tak peduli. Yang penting sekarang kami memutuskan untuk berlayar. Tak peduli kami akan bersandar di pulau mana atau negara apa. Kami putuskan untuk mengarungi hidup bersama. Di dalam kapal ini yang layarnya indah mengembang.
Dan memang benar apa yang dikatakan oleh Bang Sutan Takdir Alisyahbana: Layar pun Terkembang ....
Aku bebas. Dia bebas. Kami bebas berlayar. Tak ada sistem mana pun yang berani mengekang kami. Selamat tinggal sistem yang mengekang. Kami sekarang bebas berimajinasi tanpa ada yang bisa mengomentari kami. Tak peduli orang mau bilang apa. Selamat tinggal celotehan. Selamat tinggal egoisme. Dan kami berhak menciptakan “egoisme” yang berperkemanusiaan menurut sisi pemikiran kami. Dan kami anggap egoisme orang-orang di sekeliling kami dulu adalah egoisme khas binatang!
Maafkan kami ... maafkan kami ... jangan ucapkan terima kasih atau selamat jalan. Biarlah kami pergi tanpa buah tangan apa pun. Dari siapa pun.
bikin jd buku aja ... LAYAR-LAYAR CINTA. siapa tau menandingi Ayat-Ayat Cinta
BalasHapuside bagus dan cemerlang ....
BalasHapusmakasih ya
aku kasih gulali
asal naskah itu jgn ditawarin ke sini...
BalasHapusndak ahh ... aku kirim ke penerbit Aussie aye ... hahahaha
BalasHapuslagian naskah ini juga masih standar ko ... aku nulisnya di WC hahahaha