Header Ads

Tip Merayu Pacar yang Lagi Jutek

Seorang lelaki sibuk merayu kembali kekasihnya yang tengah marah. Mulut si gadis itu cemberut, matanya menyipit, dengan wajah yang ditekuk-tekuk. Sang lelaki sibuk bergerak kesana-kemari mencoba menawarkan hatinya kembali. Tapi sudah terlanjur basah, si gadis terus melaju berjalan tanpa memandang sedikit pun sang pacar.

            Jelas sekali wajah sang lelaki kusut bagai benang berantakan yang tak bisa diurai lagi. Pikirannya melayang jauh ke angkasa seakan tak mungkin lagi mendarat ke bumi. Habis sudah hidupnya jika ditinggalkan sang kekasih. Gadis itu semakin menjauhinya, meninggalkan kekasih yang baru saja melukai hatinya.

            Tak tahu harus berkata apa, tiba-tiba sang lelaki berteriak kepada kekasihnya.

            “Aku tahu aku salah, tapi jangan siksa aku begini dong.” Kata lelaki itu memelas. “Hanya permasalahan sepele saja, kau tega membuatku begini. Aku minta maaf.”

            Sebetulnya sang gadis mendengar perkataan si lelaki, dia pun memperlambat langkahnya. Mencoba meresapi apakah ucapan yang diluncurkan si kekasih memiliki aroma ketulusan. Kepalanya sedikit meneleng, belum seratus persen berputar hingga menghadap si kekasih, tapi pelan-pelan badannya menyerong. Seakan tahu bahwa si gadis kembali memerhatikannya, sang lelaki meneruskan rayuannya.

            “Adinda, jika kau ingin aku membeli cincin tadi, tolong beri aku waktu seminggu untuk mencari dari mana uang untuk membelinya. Aku janji seminggu kemudian cincin itu akan terpasang di jari manismu. Percayalah.”

            “Benar, Bang? Ah, yang benar ....”

            “Buat apa aku bohong? Hatiku hanya untukmu Dinda. Belahlah dadaku, kamu akan tahu sejauh mana kedalaman dan ketulusanku.” Rayuannya menjadi semakin mengada-ada dan terkesan kampungan. Kali ini rayuan materi yang selalu menjadi andalan terakhirnya.

            “Ah, Abang. Abang baik selalu baik kepadaku. Belum juga utang Abang buat bayar gelang emasku, kali ini Abang berani ambil kredit untuk beli cincin keren itu. Aku maafkan Abang. Abang manis deh!”

            Mata lelaki itu berbinar, tapi hatinya hancur. Bagaimana cara melunasi semua utangnya. Tapi dia selalu yakin bahwa cinta akan menutupi segalanya. Tak peduli kekasihnya seorang materialistis sejati, tak ambil pusing bagaimana tingkah polah pacarnya, yang penting gengsinya sebagai lelaki tak menukik secara tajam. Maka berbahagialah mereka dalam balutan kegembiraan serta utang yang siap menjerat leher.

Tidak ada komentar