Header Ads

MEMBURU CURUG CIMANINTIN (5)

Satu pelajaran baru lagi yang saya dapat dari jelajah alam Nusantara ialah pakailah sepatu khusus medan ekstrem. Sandal jepit, saya pikir bukan pilihan keren karena tak bikin nyaman kaki. Pula, tak cocok jika Anda mengenakan high heels. Jalan menuju Curug Cimanintin yang naik turun selain itu juga membutuhkan stamina kuat, napas tertata apik, dan semangat juang mencapainya yang stabil. Tenang saja, bagi yang belum terbiasa jelajah seperti ini, tim Anda akan membantu memotivasi!

Areal persawahan di kanan kiri jalan tak kalah elok dari pulau Bali. Terasering ada. Sistem pengairan sawahnya oke punya mengambil air dari hulu yaitu curug cimanintin. Bukit hijau nan elok menghipnotis kita untuk rehat sejenak mengabadikan momen ini lewat foto selfie. Nikmat sekali, lho.

Oya, jangan lupa bawa air minum yang banyak karena sengatan matahari lumayan bikin kita mudah haus. Kalau tak mau repot bawa dari rumah, mau berbagi dengan warga, belilah air minum kemasan di warung mereka. Makanan ringan bolehlah kita beli dan santap bareng bareng. Namun patut kita camkan jika plastiknya simpan dulu di tas untuk kita buang nanti sesampai rumah saja. Bumi tak butuh keculasan kita membuang sampah sembarangan, ya.

***

Sekira pukul setengah dua siang, tim My Trip My Adventure Tasikmalaya sampai di Curug Cimanintin. Wow pisan! Perjuangan sedari jam sembilan, hampir lima jam, berbuah puas sekaligus syukur pada Alloh yang Agung. Air terjunnya sudah ada di depan mata kami. 

Lekat lekat kami pandangi bagaimana butiran air meluncur dari angkasa, terjun bebas ke kolam, dan memerciki wajah wajah gembira kami. Pohon pohon menempel di dinding curug, akar akar menjuntai, dan burung burung berputar putar di langit. Inikah pertanda kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa itu?

Timbul niat saya untuk mandi di kolam di hadapan saya. Namun saya ingat kalau tak boleh sembarangan saya mandi di tempat umum seperti ini. Takut wujud saya kembali jadi puteri duyung. Urunglah saya berkecipak cipak seperti A Soni dan A Yudi. Biarkan mereka memuaskan diri karena masa kecil yang tak bahagia. 

***


Sayang seribu sayang, kemolekan curug ini ternistai oleh perilaku pengunjungnya yang kolokan. Sisa makan bersama mereka yang tak berpendidikan mengotori area curug. Pelepah daun pisang sebagai alas nasi mereka biarkan teronggok percuma. Belum lagi sampo, rokok, bungkus makanan ringan, menambah semarak kepongahan mereka. Dinding curug pun tak kalah hebat menjadi sarang kebebalan penulis kalimat mutiara tak punya hati. "Cecep loves Tami, euy!" begitu sombong salah satu penulisnya. 


Curug ini sebenarnya potensial kita garap. Wisata jalan jalan sampai lokasi punya nilai keunggulan. Panoramanya tak patut kita sangsikan. Namun pengelolaan warga sekitar belum maksimal. Ditambah kurang bijaksananya pengunjung curug menurunkan nilainya. Lalu, apa kita diam saja? Tim My Trip My Adventure Tasikmalaya sebelum cus balik menyempatkan memulung sampah sampah itu. 




Tidak ada komentar