Header Ads

Galon Aqua & Arti Sahabat


Saya mengukur makna persahabatan dari galon Aqua. Tak takut saya mengatakan Aqua, tidak menulis Aq#a, karena tak punya niat diri saya merusak merek pabrik air minum kemasan. Toh mereka sudah terlampau besar hingga intrik selihai apapun untuk menggoyang mereka berhasil kemustahilan. Aqua, ya Aqua. Cerita ini mengangkat kenapa ukuran persahabatan saya dari galon.

***

Sejak lahir, ibu saya sibuk. Bapa apalagi. Mereka pengusaha yang siang malam membanting tulang, melupa akan bedanya siang dan malam. Saya tumbuh bersama pembantu dari kampung yang katanya banyak pohon pinus yang di sana kera kera bertelur. Inem namanya.

Ibu saya menyerahkan kepengasuhan saya pada Inem yang janda berikut susu formula berkaleng kaleng. Saya memang tak pernah merasakan air susu ibu saya. Kalau para aktivis ASI berteriak teriak pentingnya susu ekslusif ibu, masa bodoh teuing! Tak peduli. Bagi saya, omong kosong itu.


Inem bagi saya sudah kaya ibu kandung saya. Kalau tidak ada ibu saya, Sinta namanya, saya sebut Inem "mother". Sengaja saya menyembunyikan panggilan itu agar hati ibu tak terluka. Bagaimanapun, saya sejak kecil peka, ibu pemberi uang pada saya. Tak ada uang, semua berasa pahit.

Memori saya masih ada tentang Inem yang sekarang entah kemana. Saking dekatnya saya dengannya, Inem pengin menyusui saya. Saya TOLAK. Meski saya balita waktu itu, tindakan itu berbahaya. Saya mendorong Inem yang sudah membuka kancing bajunya. Ia tahu dan mengurungkan niatnya.

Umur sepuluh, saya berpisah dari Inem. Banjir matanya. Ia memeluk saya kuat kuat dan berkata begini:

'Danie. Maafkan aku, ya. Aku akan pergi jauh.' Ia terisak. 'Baik baiklah kau. Kalau kangen aku, peluklah galon Aqua.'

Saya tak tahu percis maksud Inem kala perpisahan itu. Namun kalimat 'kalau kangen aku, peluklah galon Aqua.' membuat saya terobsesi galon. Entah Inem kasih pelet apa, saya jadi maniak galon.

***

Cerita tentang galon makin menjadi jadi saat semester akhir kuliah. Satu per satu teman saya lulus. Kalau biasanya, mahasiswa akan panik tahu teman mendahului lulus dan pulang kampung. Tidak dengan saya. Itulah waktu tepat mengetes kadar pertemanan mereka.

Saya minta galon Aqua mereka satu per satu sebagai kenang kenangan. Kalau mereka kasih, jelas mereka sahabat tulus. Saya tak meminta kasur, lemari, atau baju mereka, cukup galon Aqua. Tak saya berikan alasan pada mereka kenapa saya minta galon.

Hanya pada Anda saya berikan rahasia ini:
'Galon mereka saya simpan di kamar kos saya. Semua isi. Kalau saya kangen mereka, saya gelonggong diri saya dan kangen pun hilang.'

Tidak ada komentar