Header Ads

Andai saya dekat dengan Yuni Shara

Di tengah menurunnya rasa percaya diri saya, saya meminta bantuan Yuni Shara. Ia saya anggap telah berpengalaman menemukan permatanya yang raib tempo waktu. Mama Laurent terlalu tua, begitu saya berpendapat. Lagipula, daya terawang si Mama akhir akhir ini saya amati telah menurun secara drastis. Menurut saya. Ini tak lain dan tak bukan dikarenakan seringnya ia mengobral kekuatannya di permainan Reg spasi Mama, untuk sekadar membuka jalan rizki, jodoh, ataupun tetek bengek orang di seluruh Indonesia. Yang percaya dengan takhayul berbasis teknologi. Sudahlah, si Janda kembang montok, Yuni Shara, sudah saya pilih, untuk menaikkan gengsi saya menjadi insan yang penuh rasa percaya diri. Menaikkan pamor saya sebagai manusia penuh talenta. Saya harap seperti itu.  

   'Jeng Yuni,' Saya menyapa akrab melalui ujung telepon. Blackberry model terbaru yang saya beli di Cici berbaju seksi di Kawasan Pertokoan Telepon Genggam Gejayan. 'Maaf, mengganggu aktivitas Anda tidak?'

   'Tidak. Ini dengan siapa yah?' Suara Yuni terdengar sangat merdu. Tak kalah dengan kualitas pita suaranya di atas pita kaset. 
    Sayup sayup saya mendengar pula percakapan di tempat Yuni Shara. Entah itu diskusi pihak manajemen, yang mempersiapkan peluncuran album terbaru lawas Yuni Shara, sang legenda penyanyi baru yang lawas. Begitulah prediksi saya.
   'Saya Slamet.' jawab saya. 
   'Slamet? Slamet yang mana ya?' 
   Saya kaget. Bukankah kami sudah akrab? Sejak kecil kami sering bermain; petak umpet, gobak sodor, dokter dokteran, atau main kelereng bersama. Oh, Yuni Shara sudah berubah. Saya coba mengingatkan Yuni kembali kepada memori memori kecil kami. Siapa tahu ia mengenal saya kembali.
   Atau, mungkin ia lupa diri saya karena terlalu sibuk dengan kisah percintaannya ala Romeo dan Juliet bersama si Brondong, Raffi Ahmad? Tak jelas juga. 
   'Oh, Slamet,' Ia menyela. 'Apa kabar, Met?'
 Akhirnya ia ingat juga. Memang, persahabatan itu abadi. Meski, kadang terabaikan oleh yang bernama sang waktu. Dan kesempatan. 
   'Baik Jeng. Saya sekarang di kampung. Buka usaha.'
   'Bagus tuh,' Tawa Yuni masih saja seperti dulu. Renyah dan berkarakter. 'Terus apa yang menjadi kendalamu saat ini?'
   'Modal, saya bisa mengatasi Jeng.'
   'Aku kan tidak berkata kau kekurangan modal.'
   Kami tertawa bersama.
   'Tidak Jeng. Saya ....'
   'Ah. Kau jangan gunakan kata "saya". Pakailah aku. Seperti biasa.'
   'Baiklah Jeng. Begini. Aku sekarang dalam kebimbangan.'
   'Apa itu?'
   Saya menarik napas panjang. Berharap segala keluh kesah saya terpuaskan dengan bercerita kepada teman kecil saya yang sekarang menjadi artis beken. 
   'Aku baru bangkrut.'
   'Nah kan. Itu namanya kau kekurangan modal.'
   'Ya semacam itulah Jeng.' Saya agak malu. 'Maksudku, bolehkah aku meminjam uang?'
   Tut ... tut ... tut ...
   Sialan, pulsa habis. 
   Dan, saya menunggu beberapa waktu, Yuni Shara tak menelepon balik saya. Ada apakah?


 







  

22 komentar:

  1. wuaaahhh... Gubraaakkkzz..... Ini beneran apa DUNIA HAYAL (by Ruben Onsu dan Ivan Gunawan)...

    BalasHapus
  2. Dunia gaib lahh ..
    Jadi kalau ada somasi, saya lariiii hehehe

    BalasHapus
  3. Halah..... sie Jeung Yuni sukanya ama Brondong....

    BalasHapus
  4. Banyak lah artis kita yang suka brondong atau mengidap oedipus complex. Secara penikmat infotainment hehehe

    BalasHapus
  5. ha ha haa...kebanyakan basa basi sih, keburu pulsanya abis deh :D

    postinganmu yg ini lucu An :)

    BalasHapus
  6. ya lucu dong. biasanya bikin bingung :P

    BalasHapus
  7. hehehe. maka saya tidak akan membuatmu bingung. OK

    BalasHapus

  8. Lha aku juga suka ma Yuni Shara... Kita garap bareng yuk Ndy.

    BalasHapus
  9. Wong edan.
    Tidak boleh saling menelikung.

    BalasHapus

  10. Lha emang bukan mau kutikung... Kan kubilang, kita garap bareng-bareng. Biar seru. Hihihi...

    BalasHapus
  11. Sensor sensor sensor. Kena somasi, mampus kau

    BalasHapus

  12. Baru kena somasi kok mampus. Somasi itu cuma bikin geli-geli kok...

    BalasHapus
  13. ya saya paling takut somasi
    penjara sih kagak, soal dikasih makan

    BalasHapus

  14. Yang kau maksud tuh Haji Somad, kali...

    BalasHapus
  15. Owwwww
    Bukankah dia jualan sayur keliling?

    BalasHapus

  16. Cukup ga besarnya? Yuni janda lho.

    BalasHapus