Header Ads

Mo Cuishle: Karir Melesatku sebagai Petinju Wanita

Andai kematian telah dekat, ambillah wahai Malaikat. Aku tunduk usai segenap rasa kutunjuk. Biarkan tubuhku melumat dalam bumi, asaku tidak. Bersama cinta, tekad, semangatku mencinta hidup. Dunia yang kucintai.

Kekasihku, darahku. Mo Cuisle. Kupatahkan lidahku, kuputus jalan ucapku, kudekati pupus nyawaku. Daripada ragawi menahanku untuk memukul. Meninju keangkuhan jiwa jiwa kaku. Menembus gemerlap mereka yang jenuh. Merobohkan sekat sekat membakar jiwa kerdil. Mama tambun tak berotak, ayah binasa dalam liur vagina selain mama, saudara terbang liar sesuai kehendak. Kubertinju, hidupku, jiwaku.

I don't train girls. Bedebah, ingatku mengutuk perkataan Frankie, my Boss. Kutunjukkan bahwa tak ada halangan wanita bertinju. Hanya otak bebal yang berbatas. Cukup menstruasi yang membuatku tetap, membisu. Angan tak mungkin dihentikan, tak pernah seorang pun mematikan. Kini, aku menuju kematian. Di akhir karirku sebagai petinju wanita.

Teruntuk Frankie yang takluk kepadaku

Tidak ada komentar