Header Ads

Memprotes Kenaikan Bendera Pusaka

    Huru hara segera dilakukan. Memprotes kenaikan bendera pusaka. Harus diturunkan, dijahit kembali. Tak boleh menghalangi. Pasukan kami akan membrondong kalian dengan peluru-peluru tajam. Mata kalian akan kami cungkil, dimasukkan ke dalam stoples air raksa.  
    Bendera apa gunanya?
Sebagai selimut di malam dingin. Taplak meja. Sebagai pengganti tisu kamar mandi yang tak sengaja jatuh. Untuk dikibarkan di puncak pegunungan. Atau seperti ini atau itu.
    Dilipat, dua sisi yang berbeda dihasilkan. Siap dijahit. Dikibarkan kembali. Dinaikkan ke angkasa. Memperkenalkan bendera dua sisi. Berwarna dan tidak. Siap dihormati.  
    "Silakan dihormati!" Perintah komandan huru-hara.
    "Maaf Pak. Bukan begitu aba-abanya. Tapi 'Hormat gerak!" protes salah suara.  
    "Diam. Aku sekarang buat aturan. Kau apa? Monyet tak tahu diri. Negerimu telah kurebut."
    Bertepuk tangan setelah menghormati sang saka. Bendera kebangsaan baru, meninggalkan yang lama. Suasana baru berhasil dibuat. Menjadi pujaan baru yang dirayakan seluruh anak bangsa. Bukan sekali setahun, tapi setiap hari. Lebih ringkas dalam ukuran, semua menjadi gembira.
    "Diumumkan kepada para pemirsa. Kita telah merdeka. Bendera telah berkibar dengan lebih sederhana." ucap salah seorang penyiar radio di sebuah radio.     
 
    Masjid-masjib bertakbir. Gereja berdentang. Semua larut dalam rasa syahdu. Pemimpin bangsa baru telah datang. Para huru hara yang baik hati.  

Tidak ada komentar