Header Ads

Membuat Adonan Anak Menjadi Binaragawan Gempal

Betapa senangnya melihat anakku tertawa. Dia dihadapanku tengah memantul-mantulkan bola. Akhirnya keinginanku tersampaikan. Darah olahraga mengalir pula di tubuh anakku. Aku tak memaksa dia untuk menjadi olahragawan atau apapun. Tak ada niatku untuk memaksanya. Tapi hati kecilku menginginkan dia menjadi seseorang. Olahragawan.

            Masa jayaku memang sudah menghilang. Tapi kenangan itu masih saja membekas dan ingin kumunculkan kembali. Aku tidak ingin mengatakan ‘harus’ kepada anak semata wayangku. Bersama istriku, kami telah sepakat untuk mendukung apapun bakat anak kami. Sangat bersyukur kini dia menyukai bola sebagai mainannya. Semoga dia menjadikan bola sebagai hal terindahnya. Kelak.

            “Ayah, kalau ayah punya uang banyak. Adi tolong belikan bola yang lebih bagus ya, Yah.” ucapnya.

            Aku belum bisa membelikan bola baru untuknya. Masa pensiunku dari atlet bola menyisakan kenangan buruk bagi keluargaku. Aku tak pantas mengeluh dengan keadaan ini. Harus kuterima apa adanya. Tapi perasaan menyesal sering kali hinggap di hatiku. Mengapa di saat tuaku ini, tak ada perhatian dari pemerintah. Seakan perjuanganku selama masa mudaku hanya dianggap angin lalu. Kadang aku berpikir seperti itu.

            “Ayah, kenapa ayah melamun?”

            Aku hanya tersenyum kepada anakku. Hanya bola usang yang bisa kutunjukkan kepadanya. Namun kubermimpi anakku menjadi olahragawan yang melebihi diriku. Ayahnya. Akan kusalurkan seluruh ilmuku kepadanya. Dan kuyakin keadaan akan berubah.

Tidak ada komentar