Header Ads

Jihad itu Bernama Tidak Lulus Ujian

Kuterima semua perlakuan ini. Aku tak mungkin menyalahkan guru-guruku, pihak Diknas, pemerintah. Siapa peduli denganku? Aku bukan siapa-siapa dan tak berhak atas apapun. Aku hanya bisa menerima dan mengikuti peraturan yang ada. Aku memang gagal melalui ujian yang diwajibkan pemerintah. Aku pun belum mampu menjadikan diriku masuk ke dalam standar mereka. Aku adalah aku, yang hanya bisa menunduk saat pemerintah memutuskan aku tak lulus sekolah.

            Aku tak berhak menyalahkan siapapun. Tak malu aku menjadi seorang siswa yang dianggap bodoh hanya karena tak lolos dari perangkap ujian. Ayah dan ibuku pun sudah bersepakat akan menerima semua ketukan palu hakim, pemerintah. Sedari kecil orang tuaku telah mendidikku menjadi orang yang kuat. Menerima keputusan, kelakuan, ketidakadilan orang-orang di sekitar kami. Tak boleh membalasnya dengan umpatan, kelicikan yang terselubung, ataupun tindakan tak senonoh lain. Aku diharapkan menjadi orang yang menerima semua keadaan. Dan itu lebih baik dibandingkan harus meneriakkan sesuatu yang bukan hakku. Kuanggap ketidaklulusanku sebagai hal kecil yang tak perlu dibesar-besarkan.

            Lalu aku bertanya, apakah sampai di sini kehidupanku setelah kegagalan ini? Tentu tidak! Aku masih mempunyai mimpi-mimpi yang tak akan mungkin dipatahkan oleh pemerintah sekalipun. Segenap rencana yang lebih indah masih tersimpan di buku hidupku, dan terus saja mengisi hidupku. Dan lebih menarik dibandingkan jika harus menyesali putusan pemerintah yang oleh sebagian temanku mengatakan kurang adil. Aku masih mempunyai Tuhan yang memberiku berjuta-juta kemampuan. Kenapa harus tunduk kepada pemerintah? Pencabut nyawa itu bukan pemerintah. Penunjuk kehidupan itu bukan pemerintah. Pemerintah hanya bisa berlaku layaknya tuhan, tapi tak bisa menjadi Tuhan sesungguhnya. Aku belajar dari semua ini, hingga kini kuyakin bahwa didikan orang tuaku lebih bermakna dibandingkan pejabat-pejabat pendidikan.

            Untuk teman-teman yang senasib denganku, janganlah pernah berhenti untuk bermimpi. Hidup kita tidak berhenti karena putusan ketidaklulusan. Masih banyak cara untuk mewujudkan impian. Percayalah itu!

 

 

5 komentar:

  1. Maka, kau harus membuka konseling bagi mereka yang terganggu jiwanya akibat ketidaklulusan mereka di UN, Ujian Neraka tersebut. Sukur-sukur kau bisa mencegah mereka dari tindakan mengakhiri diri sendiri.

    BalasHapus
  2. Oh, itu tugas para pemuka agama. Aku ngumpet saja!
    Emang enak ngurus orang banyak.
    Eh, bukannya malah orang buat syukuran pas dapat amanat rakyat.
    Sambil bikin kue tar ada lilinnya.

    BalasHapus
  3. Hepi bersde tu yuuuu hepi bersde tu yuuuuuu........

    BalasHapus
  4. Pakai bahasa sesuai EYD, Al!
    Kasihan yang buat buku setebal itu. Hehehe

    BalasHapus
  5. Hiyaaaaa mereka malah senang kaleeee..... Kalau Kongres Bahasa Indonesia sering-sering diadakan...... Kan bisa ada tambahan pemasukan.

    "Apa sih?!! Sok tau!!!"

    BalasHapus