Header Ads

Laskar Koboi Gadungan

Koboi itu memutar-mutar tali lasso-nya. Bukan leher banteng, sapi, ataupun kuda yang hendak dibidiknya, tapi leher para perempuan. Dari perempuan berambut kriting, shaggy, tanpa sejumput pun rambut alias plonthos, berambut tergerai menjuntai wangi selepas keramas, ataupun perempuan berjenis rambut tak terdefinisi—apak penuh kutu, tak terawat, bercabang, gembel, dan tak terurus karena belum bersuami. Untung saja koboi itu berwajah tampan dengan kecerdasan yang tak boleh diragukan. Jika saja wajahnya bopeng, jerawatan, kusut lunglai tak bernyawa, atau bahkan ber-IQ jongkok menuju lesehan, bisa jadi para perempuan itu langsung menonjok, mengumpat, atau melaporkan ke polisi hukum perdata dan pidana asusila, ditambah ekspos pemberitaan yang tiada tara. Kali ini, para perempuan lintas strata sosial itu menyerah saja dengan jerat polah tingkah sang koboi.

Ssst ... jangan bilang ke para perempuan itu jika si koboi itu sebenarnya tukang bidik lotre botol di pasar malam.

 

Asbabul Nuzul

            Aku pernah mengintai kelakuan si koboi gadungan itu. Pernah suatu kali, dia mengendap-endap dari rumahnya menuju pasar malam. Lelaki itu sangat takut dengan ibunya. Dari kecil dia tak punya Ayah. Jadi sosok ibu baginya adalah hal keramat dalam hidupnya. Akhir-akhir ini si koboi gadungan, yang sebetulnya lugu dan tak terbersit niat pun untuk menjadi pemain sinetron, mendengar kabar dari teman-temannya tentang keasyikan bermain judi lempar gelang ke botol. Lima gelang dengan harga lima ribu rupiah. Di bawah botol-botol itu dipasang beberapa hadiah, antara lain rokok kretek, rokok filter, obat nyamuk bakar, sabun mandi, sampo cita rasa lidah buaya, dan aneka kebutuhan rumah tangga lain. Kadang kala para pengelola bisnis perjudian lempar gelang itu juga memasang hadiah istimewa yang tak terduga dan penuh kejutan sekejut-kejutnya. Pernah suatu saat mereka memasang daster, kutang, jarik, selimut, lipstik dan aneka kosmetika. Bagaimana lelaki terkhusus para suami tak tergiur, dengan bermain judi itu, mereka akan memberikan hadiah istimewa bagi istrinya di rumah.

            Lelaki yang nantinya berperan sebagai koboi gadungan itu melangkah mantap ke pasar malam. Di dompetnya hanya ada uang lima ribu perak. Cukup untuk bermain sekali putaran. Lemparan pertama gagal, meleset beberapa senti dari mulut botol. Lemparan kedua, upss ... berhasil. Dia mendapatkan hadiah pasta gigi. Menggaruk-garuk kepala, dia berpikir mengapa pasta gigi itu bertuliskan aksara Mandarin. Pasti pasta gigi itu sisa impor yang sudah kadaluarsa dan telah dilarang oleh pemerintah karena mengandung minyak babi. Tapi tak apalah. Kini dia bersiap melemparkan gelang yang ketiga. Emosinya mulai tak terkontrol karena lemparan sebelumnya berhasil mendapatkan hadiah. Wah, sayang ... lemparannya terlalu bernapsu. Hingga sasaran untuk mendapatkan minuman bersoda tak berhasil. Dia menggaruk kepala tanda kecewa. Kegemarannya memang menggaruk-garuk kepala, tak pandang situasi benar-benar gatal, atau sekadar aksi penarik perhatian.

            Masih tersisa dua lemparan. Keempat .... kurang sedikit. Gagal. Dia mulai panik, karena dari lima lemparan hanya satu yang berhasil. Dia mulai berpikir keras bagaimana agar lemparan terakhir berlangsung sukses. Digeser tubuhnya, mencari posisi terenak dan ternyaman untuk membidik sasaran. Kedua tangannya diajukan ke depan, kepalanya dicondongkan ke belakang, matanya menyipit, memperkirakan sudut mana yang sesuai mengarahkan gelang judi terakhirnya. Dia berkonsentrasi penuh. Baik, sekarang waktunya. Thuing .... gelang terakhir itu masuk ke mulut botol.

            Dan yang didapat adalah kutang ajaib warna merah muda nan romantis.

            Akhir cerita, terinspirasi permainan judi gelang pembunuh naga, dia pun berlatih memainkan tali lasso. Setiap gadis yang melewati depan rumahnya, dibidiknya dengan seutas tali. Sebelumnya si koboi gadungan itu menyelinap di rerimbunan pohon dekat pagar.

           

Upss ... sekali

            “Kurang ajar ... dasar bujang peyot, tak tahu diri!” umpat si gadis seksi.

           

Upss ... kedua

            “Ihh ada apa nih yeee ... ike kok dijerat-jerat begindang.” Umpat romantis si bencong gadungan. Sesama gadungan dilarang saling mendahului. Kontan si koboi lari tunggang langgang, terseok-seok, tersenggol-senggol, terhuyung-huyung, terkencing-kencing, ter .... Uhhh sudah.

           

Upss .. ketiga

            “Woi ... anak siapa nih? Nomor rumah berapa, anak berapa, pendidikan apa, status pernikahan?” jawab pak RT yang kebetulan akan melakukan sensus penduduk. Kembali lagi si koboi gadungan melarikan diri.

           

Upss ... keempat

            “Le, kerokin Emak ... Cepetan sini!”

            “Njih Mak ....”

            Koboi darat gadungan super cinta mama.

 

 

 

 

 

2 komentar:

  1. Andhy.......yyy! sapa sih koboi itu? refleksi diri yaaa?

    BalasHapus
  2. Serius bukannnn akuuuuuw, Ndahhh ...
    Yang pasti aku dulu pernah main judi lempar gelang ke botol itu sihhh ... hahaha
    Ama judi wayang itu loohh ... memang judi enak ko
    Pantesan aja, banyak koruptor!
    La memang mengasyikkan.

    BalasHapus