Sisi Gelap Sabun Mandi Batangan

    Benda apa yang paling cabul sedunia? Bukan film berwarna biru, baju bikini yang kekurangan bahan, ataupun celana dalam bermotif kembang –dengan gambar pinokio- dipakai dari berbagai sekali sisi dalam sekali tayang. Coba difikir sejenak, jangan biarkan kinerja jaringan otak memelan hanya karena pertanyaan bermodal rendah seperti sinetron Intan –nyontek pula- namun digemari bangsa kita.
    Jangan jauh-jauh, tak usah mencari kamus atau mencuri guji nujum Ki Joko Bodho yang benar-benar bodho. Jawabannya adalah sebatang sabun. Lah, kok cuma barang yang membersihkan badan tiap pagi dan petang –kalau terpaksa sekali, tak pakai sabun tak masalah juga. Hahaha…di buku catatanku disebutkan jika sabun merupakan the dirtiest thing in the world. Berlebihan deh, julukan itu. Pengin aku hapus, Tip ex tak punya. Dihilangkan, sayang banget. Akhirnya permen karet itu aku telan lagi sampai rasanya pengin muntah. Huwekk. Jorok, Bang!
     Pernahkah kita tersadar bahwa selama ini tubuh kita digagahi oleh sabun dengan amat mengkhawatirkan? Sabun sudah sepantasnya menjadi tersangka utama pengeroyokan, perzinahan dan tindakan amoral lainnya. Setelah dia puas menggagahi kita dengan amat syahdunya, ia kemudian tertawa keras hingga mulutnya berbusa-busa, putih warnanya. Tapi anehnya kita merasa keenakan diperlakukan seburuk itu. Alasan kita bermacam-macam; mulai dari jilatannya menjadikan kulit berkilau, tak mengerut bahkan kulit sehitam batu gunungpun bisa diputihkan.
     Yang bikin aku salut akan kiprah sabun mandi adalah: kesediaannya melakukan tindakan ekstra di saat kebutuhan benar-benar mendesak. Maksudku apabila deterjen di rumah habis, padahal kita sudah telanjang di kamar mandi, sambil mencuci pakaian, maka sabun mandi menjadi pilihan tak terelakkan.
     Makasih sabun mandi, jangan pisahkan dirimu dengan diriku…