Header Ads

Kotak Pensil Gadungan

YK, 29/3/07

     Bila orang menyematkan kepadaku sebuah bandrol aneh, sok popular tapi tak gaul sedikitpun, maka tebakan tersebut teralamat pada jiwa yang betul. Sebagai contoh aksi unik paling baru adalah menyulap kotak makanan menjadi sebuah alat tulis. Bim salabim, adakadabra….Jadilah! Terkesan biasa saja namun tak mudah untuk sebagian orang untuk melakukan apalagi memublikasikan di depan mata umum secara lantang. Ditambah dengan keyakinan diriku yang berlebihan –kadang norak- tak peduli omongan orang lain, berkembanglah layar melaju jauh hingga ke pulau impian. Bernama Keganjilan. Toh dunia tanpa manusia tak utuh, berujung kedukaan mendalam, sedalam Lautan Hindia. Asin banget ya?
     Intip sedikit apa isi di dalam kotak pensil di meja belajarku, mereka terbagi atas tiga kategori sesuai dengan fungsi dan malfungsinya. Jenis pertama merupakan alat standar, tidak neko-neko, tak menimbulkan iritasi seperti gatal-gatal maupun efek menguap karena mengantuk. Ada bolpoin berwarna hitam, biru dan merah. Tertulis di batangnya made in Japan, sebuah tanda ketakpercayaan diri kita untuk memproduksi alat bantu belajar. Kalaupun ada barang buatan asli Hindia Belanda –nama lama Indonesia- maka hasilnya adalah tinta yang meluber ketika digunakan, yang siap membasahi baju, celana kadang juga membekas di bibirku seperti gincu. Huwekk.
     Masih menjadi kroni sang bolpoin yaitu pensil 2B yang menjadi andalan ketika ada tes-tes panggilan kerja. Sering sekali kalau pensil ini diraut dengan rautan berbentuk kotak warna biru, dimana ujung atas dan bawah telah diruncingkan. Suatu bentuk pengiritan hidup (baca blog dengan judul: Beras, sebuah ironi bangsa). Kadang imajinasiku berkembang lebih tajam, jikalau musuh dari kerajaan Ganesha berbuat curang kepadaku, maka runcingan pensil akan menancap ke mata dan akan mengalirkan air mata darah yang menggenangi selokan mataram. Betapa jahatnya aku!
     Ada lagi spidol, penggaris, penghapus karet, selotip, semua itu masih termasuk jajaran alat normal dan belum terpengaruh hegemoni Amerika Serikat yang telah dengan tega mengacaukan Iraq, jadi aman untuk dikonsumsi untuk belajar tentunya. Tak semuanya kenormalan itu berasal dari kantongku, sepertinya sebagaian besar alat standar kutemukan di laci kerja teman yang telah pindah lokasi kerja. Aku anggap sebagai kenang-kenangan walaupun dia tak pernah memberikannya kepadaku, tak pernah ada kata perpisahan bahkan traktiranpun luput. Sungguh manusia tak tahu adat, baik di depan di belakang dia buang air besar.
     Jajaran alat berikutnya digolongkan menjadi alat malfungsi; gunting selain bertugas merobek-robek kertas juga dapat digunakan untuk memotong rambut di tubuh baik yang terlihat maupun tidak. Tak perlu menunggu terlalu lama, jangan tunggu cambang menggelambir, segera manfaatkan alat ini untuk merapikan sampai klimis. Selepas aktivitas itu dikerjakan dijamin kondisi badan menjadi sumringah, tapi bila tak klimaks kebersihannya maka timbul gatal-gatal dan nyeri. Halahh…
     Oiya, cutter –alat pemotong, penj- juga menghiasi kemeriahan kotak pensil baruku. Tak lebih berguna dibandingkan lainnya, selain untuk bela diri bila ada orang jahil, egois dan banyak bualan. Apalagi jika temanku pinjam tak dikembalikan, kontan aku berucap, “Oee, jangan sampai cutter ini mengiris-iris kulit…..sapi ya, ntar karatan!”. Jangan menyangka aku akan mengiris kulit betulan, aku bukan teroris tapi humoris nan lucu, cakep pula.
     Yang paling mengesankan adalah di dalam kotak tersedia salep kulit merek Reshypolin, apa hayo?... Harapanku saat gatal melanda, tangan jahilku tak melakukan gerakan di luar kewajaran, sekali oles mati semua kutu di lipatan-lipatan tubuh. Pengin juga aku menambahkan jenis obat-obatan lain, seperti tetes mata, minyak kayu putih, rheumason, tapi kembali berfikir “ini kotak pensil apa kotak P3K?”. semakin ganjil deh…
     Teman kantor yang melihat selalu menanyakan kepadaku alasan aku memilih tupperware sebagai tempat alat tulis. Aku selalu mengelak, karena kehidupanku bukan untuk dipublikasikan layaknya artis Indonesia yang haus popularitas. Jawabanku: Tak ada komentar! Biarkan saja mereka membatin dengan segala pertanyaan-pertanyaan yang kekanak-kanakan. Yang kulihat mereka ada yang hanya tersenyum, menelan ludah, namun kebanyakan terkekeh tak jelas maksudnya. Dalam benaknya mungkin mereka berangan-angan, “Kelak kalau punya anak, ingin rasanya mengidam ketampanan dan kelakuan lucu andhysmarty sang idola”.
     “Teruskan ulahmu, Ndhy! Kami menunggu aksimu”, teriak para penggemar menggemparkan dunia perselingkuhan.




12 komentar:

  1. Cerita yang indah...heheheheheehe

    BalasHapus
  2. sassdiva...betul kamu..aku balamu sekarang...makasih makasih...yang lain pulang kandang aja!

    BalasHapus
  3. antikritik ... payah ...! gmana mau maju ... :P

    BalasHapus
  4. no comment aja dech...kan non blok ;)

    BalasHapus
  5. bukannya anti kritik Bhay, maju?? ya udah...maju perutku....

    BalasHapus
  6. Kamu mo nulis ato jualan obat yak? 8jadi mumet* Tapi yo gak papa wis

    BalasHapus
  7. Bakat marketing ku juga ada, jadi bersyukur juga walau cari kerjaan sering ga tembus, setidaknya ada potensi diri yang mudah2an ke depan ada yang memperhatikannya...Amin

    BalasHapus
  8. aminn...amin....Semangat ANDHY!!!!

    BalasHapus
  9. Terima kasih atas dukungan SMS atau apapun. Semoga kita diberi yang terbaik. OK.

    BalasHapus