10 m x 10 m Bernama Ruang Kerja
Kamis pagi, di kantorku…
Sibuk benar dia memainkan telepon genggam dan memelototi komputer
Teman lainnya malah berpura-pura kerja, memasang muka topeng
Lihat…di kepalanya tergantung benda bernama headset
Seperti disk jockey sedang memainkan piringan hitam menghentak-hentak
Kita sekarang bergeser pandangan 30 derajat…
Potret pekerja teladan layak disematkan pada lengan bajunya
Seorang bertubuh tambun dengan berat 110 kg sedang serius
Bermain-main dengan kontur dan segala yang berbau bangunan
Sungguh aku tak bisa membayangkan, “Mengapa aku anak sipil tak menjiwai layaknya dia?”
Tet..tet…tet…Boss berwajak sangar patut kita selidiki juga
Secangkir kopi panas dibiarkan mengonggok di depannya ketika aku meliriknya
Dia –beliau, masih belum pantas- sibuk merapikan berkas-berkas
Bersiap mengikuti rapat yang aku tebak akan banyak kesepakatan kerdil
Memajukan perundingan namun memundurkan hasil kerja
(Wah jadi ingat Warkop DKI, maju kena mundur kena, sungguh tak ada duanya trio Dono, Kasino dan Indro…I’m your fan men!)
Biarkan sajalah kelakuan mereka semua..
Bagaimana dengan diriku sendiri, dimana dan sedang apa?
Wah...susah menempelkan predikat apa yang layak untukku
Kerja.....mmm sedikit saja
Berselancar...internet disabotase teroris
Pendekatan yang tepat adalah pekerja dengan keseimbangan kerja dan hiburan
Tepat sekali…
Mataku sudah gatal dengan cerita super serius
Kugerakkan ke kiri, nah...bertemu dengan sang pesona
Tapi pandangan harus diloncatkan menyingkirkan sesosok ganjil dulu
Baru ketemu penyedap rasa di tengah belantara manusia berbatang
Waduh, dia sedang ber-make up memperbaiki bedaknya yang luntur
Aku asyik saja melihatnya
“Mbak, jajanan apalagi yang dibawa?”, senyuman kukulum
Dia cuek saja tak menanggapi pertanyaan standarku
Kugali lagi akibat makanan bergizinya aku menjadi gempal
Nutrisi sarat protein dari tempe mendoannya, belum lagi buah-buahan
Menjadikanku betah merayunya
Marak betul kantorku
Kuingin campakkannya tapi kumembutuhkannya
Sibuk benar dia memainkan telepon genggam dan memelototi komputer
Teman lainnya malah berpura-pura kerja, memasang muka topeng
Lihat…di kepalanya tergantung benda bernama headset
Seperti disk jockey sedang memainkan piringan hitam menghentak-hentak
Kita sekarang bergeser pandangan 30 derajat…
Potret pekerja teladan layak disematkan pada lengan bajunya
Seorang bertubuh tambun dengan berat 110 kg sedang serius
Bermain-main dengan kontur dan segala yang berbau bangunan
Sungguh aku tak bisa membayangkan, “Mengapa aku anak sipil tak menjiwai layaknya dia?”
Tet..tet…tet…Boss berwajak sangar patut kita selidiki juga
Secangkir kopi panas dibiarkan mengonggok di depannya ketika aku meliriknya
Dia –beliau, masih belum pantas- sibuk merapikan berkas-berkas
Bersiap mengikuti rapat yang aku tebak akan banyak kesepakatan kerdil
Memajukan perundingan namun memundurkan hasil kerja
(Wah jadi ingat Warkop DKI, maju kena mundur kena, sungguh tak ada duanya trio Dono, Kasino dan Indro…I’m your fan men!)
Biarkan sajalah kelakuan mereka semua..
Bagaimana dengan diriku sendiri, dimana dan sedang apa?
Wah...susah menempelkan predikat apa yang layak untukku
Kerja.....mmm sedikit saja
Berselancar...internet disabotase teroris
Pendekatan yang tepat adalah pekerja dengan keseimbangan kerja dan hiburan
Tepat sekali…
Mataku sudah gatal dengan cerita super serius
Kugerakkan ke kiri, nah...bertemu dengan sang pesona
Tapi pandangan harus diloncatkan menyingkirkan sesosok ganjil dulu
Baru ketemu penyedap rasa di tengah belantara manusia berbatang
Waduh, dia sedang ber-make up memperbaiki bedaknya yang luntur
Aku asyik saja melihatnya
“Mbak, jajanan apalagi yang dibawa?”, senyuman kukulum
Dia cuek saja tak menanggapi pertanyaan standarku
Kugali lagi akibat makanan bergizinya aku menjadi gempal
Nutrisi sarat protein dari tempe mendoannya, belum lagi buah-buahan
Menjadikanku betah merayunya
Marak betul kantorku
Kuingin campakkannya tapi kumembutuhkannya
Post a Comment