SISA BIJAK di MUSEUM KRETEK KUDUS (2)
Sekumpulan bocah laki laki menatap lekat lekat diorama pembuatan rokok kretek. Mereka memakai bahasa Jawa dialek Kudus, saling bertanya apa yang ada di dalam akuarium, dan menerka nerka bagaimana proses rokok kretek diproduksi sampai ke tangan pembelinya.
'Kae godhonge dipepe tekan garing trus ngko dicacah cacah nang pabrik. Itu daunnya dijemur sampai kering lalu dirajang di pabrik.' kata salah satu bocah, yang lain kompak berucap 'oh ....'
Inilah yang saya sebut tadi jika museum mampu memantik imajinasi hingga otak para bocah aktif. Rasa penasaran tentang suatu hal terangsang di sini. Kelak ketika mereka dewasa, memorinya akan muncul lagi hingga mempermudah bagaimana menyikapi suatu permasalahan hidup. Anda percaya, kan?
***
Saya mengabarkan jika cara saya menikmati museum kretek kudus ini ialah memutar searah jarum jam. Itu karena saya akan pusing kalau berkebalikan putaran jam. Entah saya tak mampu menjelaskannya, namun ini sudah saya alami sejak SD. Mungkin saya pernah kena setrap "putar putar jongkok" oleh pak guru akibat lupa mengerjakan PR hingga saya muntah darah.
Mata saya tertumbuk oleh perlengkapan administrasi kuno yang dipamerkan di museum ini. Mesin ketik, kuitansi, surat kirim barang, alat tulis kantor, dan masih banyak lagi, terpampang jelas hingga otak saya kagum olehnya. Berarti, bisnis rokok kretek kudus zaman dulu sudah canggih karena para pencetusnya mendokumentasikan pekerjaannya secara komplet dan detail.
Tembakau dari berbagai kota berikut variasi mutu, bahan tambahan untuk memperkuat citarasa rokok, dan alat alat pembuat seperti rajangan manual, timbangan yang masih kokoh, juga terawat di museum ini. Melihatnya seolah tersihir karena terus terang meski museumnya tidak besar namun dokumentasi sejarahnya masih rapih.
Bergeser ke sisi lainnya, kita bisa menikmati foto foto tokoh perintis usaha rokok kretek kudus. Dari namanya ada dua suku yaitu Jawa kelas ningrat dan Tionghoa totok. Meski dari raut wajah mereka tak banyak yang menyunggingkan senyum, lebih kentara sikap dinginnya, namun saya menangkap jika mereka ialah pemimpin yang bisa menggerakkan roda pabriknya dengan karyawan yang bisa ratusan. Tidak mungkin jika mereka tidak punya jiwa empati dan rasa sosial yang tinggi. Seorang pengusaha tidak akan memikirkan dirinya sendiri melainkan kemaslahatan bersama.
Alat alat suguhan di kantor pabrik rokok kretek seperti perlengkapan moci teh, teman mengobrol sambil menyesap rokok, menambah semarak museum ini. Semakin mendalami sepak terjang pengusaha rokok kretek kudus semakin saya yakin jika olah kreatif yang ditunjang dengan kebijaksanaan yang mengayomi seluruh lapisan masyarakat akan abadi tak tergerus zaman. Rokok kretek telah memberi bukti nyata.
***
Inilah bukti karya cemerlang orang orang Kudus berupa rokok kretek yang beraneka merek. Jumlahnya yang sangat banyak menimbulkan pertanyaan pada diri saya apakah dulu bisnis rokok kretek sengit dan saling serang di antara pemiliknya. Namun jika saya menelisik karakter orang Kudus, sepertinya kecil kemungkinan mereka saling berbenturan. Persaingan pasti ada namun tidak akan membuat perpecahan mereka. Apalagi dari namanya sudah jelas kudus yaitu kota suci, peran Sunan Kudus dominan menentramkan jiwa jiwa pengikutnya.
Wah, perjalanan yang seru di Kudus, ya!
Tak lupa saya mengucap terima kasih pada Mas Amin Ilham yang telah berbaik hati menjamu saya ke sini. Semoga rezeki melimpah dan kesehatan selalu ada padamu dan keluarga. Matur nuwun.
Sekian laporan dari Kudus, sampai bertemu di kota lain!
Post a Comment