SENAM IBU IBU GUMBIRA (SIIG)
Memaksa sekali ya saya bikin singkatan SIIG. Takutnya, nanti ada bocah iseng menyebutnya Senam Ibu Ibu Gila. Saya kembali kena getahnya. Ibu ibu seTasik akan melurug ke kos saya sambil membentangkan spanduk agar saya ke luar dari kota ini.
'Mana Danie! Mana Danie!' teriak ibu ibu sambil membentur benturkan alat alat dapur sebisa mereka bawa dari dapur.
Tulisan provokatifnya: NO DANIE in THIS TOWN
Sudah perantau, orang Jawa yang kulitnya cokelat gosong, SK tugas belum turun yang bikin memble, lengkap deh ketersiksaan saya. Seluruh mata ibu Tasik mengarah pada saya. Membenci saya. Mereka menunggu saya ke luar kos, menarik koper, dalam wajah menunduk yang pucat pasi. Selamat tinggal, Kota Tasik.
***
SIIG ada tiap hari minggu pagi. Pengikutnya ratusan yang kebanyakan ibu ibu berhijab. Kadang saya penasaran, apa tidak ada ibu beragama Nasrani di Alun Alun Tasik? Kalau ada, saya minta tanda tangan di lengan bisep saya. Acara mereka bersenam ria mengelilingi tugu Sukapura dipimpin seorang atau dua orang ibu yang lebih berpengalaman. Musiknya, dari minggu ke minggu sama: Wali Band.
Saya amati mereka saat saya jogging di antara ratusan tua muda di sana. Tiap saya mengelilingi alun alun, saya cermati beberapa gerakan mereka yang sepertinya penguatan organ intim kewanitaan. Seputar pinggul yang digoyang goyang agar kuat. Wah, suami mereka pasti bahagia tiada tara!
Namun, saya mendapati satu kelompok ibu yang berbeda dari para ibu dalam lingkaran besar tadi. Ini berada di pojok. Seorang nini bertopi golf, baju tipis bergambar barong Bali, memimpin sekira dua puluh ibu yang kadang menyelip seorang lelaki. Mereka melakukan senam perjuangan yang menyaingi kumpulan besar? Kok sepertinya enggak. Gerakannya lebih lembut, santai santai manja, malahan kaya gerak taichi. Saya lihat si nini pimpinan itu sih Tionghoa. Apa mungkin dia ibu Susi Susanty sang legenda badminton asal Tasik? Mungkin saja.
Lepas tersengal sengal mengelilingi alun alun, saya duduk menyelonjorkan kaki sembari memotret kumpulan ibu taichi. Entah mereka bicara apa ke saya, belum tahu saya mah. Bahasanya sunda deui. Belum paham, Bu!
'Punten, Bu. Abdi teu acan bahasa sunda.' seru saya.
'Masukin saja ke radar Tasik potona, Mas!' teriak salah seorang ibu.
'Enakeun ini ikut senam ini, Mas. Bisa ketawa ketawa.' ucap ibu yang lain.
Kan, semua orang tahu kalau saya orang Jawa. Medok mungkin jadi ibu ibu langsung tahu asal saya. Atau, itu kedok mereka untuk menjodohkan saya pada puteri mereka? Uh, saya mau kalau itu! Yang geulis, ya ....
Pesona pagi di Tasik itu bernama SIIG. Patut jadi renungan jika kesolidan ibu ibu Tasik di alun alun patut mendapat apresiasi bagus. Namun, ada ganjalan di pikiran saya:
'Apakah ibu pemimpin senam taichi tadi benar benar ibu Susi Susanty peraih emas olimpiade Barcelona 1992, ya?'
Post a Comment