MENJADI DOSEN FAVORIT (2)
Penampilan fisik seringnya menipu. Fatamorgana kehidupan yang nyata. Banyak dosen yang berbodi tegap nan tampan, cantik semampai berlesung pipi, ternyata tak cakap memainkan perannya di kelas saat mengajar mahasiswanya.
'Tenang buat kalian yang tak cakep. Dunia tak hanya menyisakan ruang sempit buat kalian. Ia memberi kalian tempat yang maha luas.'
Saya pernah membaca kalimat mutiara seperti itu. Wajah sangat relatif untuk kita jual sebagai dosen. Tidak dominan. Ada yang lebih memberi persentase lebih besar yaitu briliannya pemikiran kita. Kita sepakati bersama dengan sebutan:
Berotak Encer
Encer bukan berarti seorang dosen musti botak dan memanggang kepalanya saat matahari tengah terik. Dengan panasnya yang menembus tengkorak, otak melumer sampai ke luar dari lubang hidung dan telinga. Lebih jauh, otak encer ketika kita mengasah ketekunan kita lewat proses belajar.
Selain kita mengasah dengan belajar membaca buku, apa yang para otak encer telah, tengah, dan akan lakukan?
Telah, para brilian melampaui serangkaian ritual olah daya pikir yang memekakan seluruh indera yang ia miliki. Ia tak hanya berkutat di ruang belajarnya, melainkan ke luar dari zona nyamannya, meninggalkan buku sejenak, melihat sekeliling dan meresapinya.
Sedang, mereka yang berotak cemerlang memiliki kesabaran ekstra dalam melampaui segala tantangan yang ia hadapi. Tak putus semangat jika rencana A gagal padahal sudah mati matian berusaha. Jutaan cara baru bisa ia lakukan untuk mencapai target.
Akan, bukanlah ia pemilik anugerah Tuhan berupa otak brilian jika tak berpunya cita cita besar. Namun, memiliki angan angan tak akan berarti jika tak mampu mewujudkannya. Berpikir beberapa langkah di depan orang lain disertai kebijaksanaan mendalam ialah poin yang harus dimiliki mereka otak encer.
BAGAIMANA KETIKA di KELAS?
Dosen yang keren tampak ketika bertutur mempunyai struktur bahasa yang runtut, tertata, dan enak untuk mahasiswanya mendengarnya. Geliat tubuhnya menunjang verbalnya dalam mengemukakan ide ide. Tidak pecicilan. Dosen harus mampu menularkan ketenangan, ketegasan, dan membagi gagasannya secara gamblang.
Banyak dosen yang bernilai akademis luar biasa tinggi namun tak mampu menjelaskan secara jernih alias membumi. Ibarat kita punya segelas air yang akan kita pindahkan ke gelas mahasiswa, air selalu tak bisa pindah. Berbeda dengan dosen yang berotak encer, ia memiliki strategi yang bisa memindahkan air itu hingga pas ke gelas mahasiswa.
'Kalau ilmu elektronika, dosen ialah konduktor yang baik. Penghantar panas yang tepat.' ucap teman saya.
MENGOLAH KELAS
Patut menjadi renungan jika sebuah kelas ialah laboratorium kehidupan. Di situ, dosen akan menemui karakter unik para mahasiswanya. Tugas utama dosen memetakan kemampuan mahasiswa dan membimbing mereka secara adil. Tidak bolehlah dosen menganak-emaskan beberapa mahasiswa yang tampak menonjol. Ukuran berhasil seorang dosen jika mampu mencetak mahasiswa baik yang berbakat dan standar namun hasilnya merata.
Pun, paling penting dari semua jabaran di atas, dosen ialah filsuf ulung sekaligus relijius yang cerdas, inovatif, dan kreatif. Ia mampu mengajari mahasiswa bagaimana berpikir yang menghasilkan kegemilangan bagi seluruh tubuhnya untuk bergerak menuju kebaikan tidak untuk dirinya sendirinya tapi semuanya. Dosen bukan dewa, namun jiwanya harus dilandasi ilmu agama sehingga tak menyesatkan mahasiswanya. Seperti nahkoda kapal, ia mengajak mahasiswanya mengayuh dengan dayungnya menuju Pulau Berkah.
Semoga ....
'Tenang buat kalian yang tak cakep. Dunia tak hanya menyisakan ruang sempit buat kalian. Ia memberi kalian tempat yang maha luas.'
Saya pernah membaca kalimat mutiara seperti itu. Wajah sangat relatif untuk kita jual sebagai dosen. Tidak dominan. Ada yang lebih memberi persentase lebih besar yaitu briliannya pemikiran kita. Kita sepakati bersama dengan sebutan:
Berotak Encer
Encer bukan berarti seorang dosen musti botak dan memanggang kepalanya saat matahari tengah terik. Dengan panasnya yang menembus tengkorak, otak melumer sampai ke luar dari lubang hidung dan telinga. Lebih jauh, otak encer ketika kita mengasah ketekunan kita lewat proses belajar.
Selain kita mengasah dengan belajar membaca buku, apa yang para otak encer telah, tengah, dan akan lakukan?
Telah, para brilian melampaui serangkaian ritual olah daya pikir yang memekakan seluruh indera yang ia miliki. Ia tak hanya berkutat di ruang belajarnya, melainkan ke luar dari zona nyamannya, meninggalkan buku sejenak, melihat sekeliling dan meresapinya.
Sedang, mereka yang berotak cemerlang memiliki kesabaran ekstra dalam melampaui segala tantangan yang ia hadapi. Tak putus semangat jika rencana A gagal padahal sudah mati matian berusaha. Jutaan cara baru bisa ia lakukan untuk mencapai target.
Akan, bukanlah ia pemilik anugerah Tuhan berupa otak brilian jika tak berpunya cita cita besar. Namun, memiliki angan angan tak akan berarti jika tak mampu mewujudkannya. Berpikir beberapa langkah di depan orang lain disertai kebijaksanaan mendalam ialah poin yang harus dimiliki mereka otak encer.
BAGAIMANA KETIKA di KELAS?
Dosen yang keren tampak ketika bertutur mempunyai struktur bahasa yang runtut, tertata, dan enak untuk mahasiswanya mendengarnya. Geliat tubuhnya menunjang verbalnya dalam mengemukakan ide ide. Tidak pecicilan. Dosen harus mampu menularkan ketenangan, ketegasan, dan membagi gagasannya secara gamblang.
Banyak dosen yang bernilai akademis luar biasa tinggi namun tak mampu menjelaskan secara jernih alias membumi. Ibarat kita punya segelas air yang akan kita pindahkan ke gelas mahasiswa, air selalu tak bisa pindah. Berbeda dengan dosen yang berotak encer, ia memiliki strategi yang bisa memindahkan air itu hingga pas ke gelas mahasiswa.
'Kalau ilmu elektronika, dosen ialah konduktor yang baik. Penghantar panas yang tepat.' ucap teman saya.
MENGOLAH KELAS
Patut menjadi renungan jika sebuah kelas ialah laboratorium kehidupan. Di situ, dosen akan menemui karakter unik para mahasiswanya. Tugas utama dosen memetakan kemampuan mahasiswa dan membimbing mereka secara adil. Tidak bolehlah dosen menganak-emaskan beberapa mahasiswa yang tampak menonjol. Ukuran berhasil seorang dosen jika mampu mencetak mahasiswa baik yang berbakat dan standar namun hasilnya merata.
Pun, paling penting dari semua jabaran di atas, dosen ialah filsuf ulung sekaligus relijius yang cerdas, inovatif, dan kreatif. Ia mampu mengajari mahasiswa bagaimana berpikir yang menghasilkan kegemilangan bagi seluruh tubuhnya untuk bergerak menuju kebaikan tidak untuk dirinya sendirinya tapi semuanya. Dosen bukan dewa, namun jiwanya harus dilandasi ilmu agama sehingga tak menyesatkan mahasiswanya. Seperti nahkoda kapal, ia mengajak mahasiswanya mengayuh dengan dayungnya menuju Pulau Berkah.
Semoga ....
Post a Comment