RAJA CUPANG TELAH LAHIR!
Saya bertanya pada Fafang, pemuda kelas sepuluh adik angkatan saya di SMA: 'Sejak kapan kamu suka sama cupang?'
Fafang tampak berpikir sebentar sembari menata botol botol air berisi ikan cupang andalannya. Agak menggelikan ketika tahu ada kemiripan antara namanya dengan binatang piaraannya. Jika nama si anak ini Hari, lain lagi ceritanya karena kemungkinan ia penyuka harimau.
'Sejak kecil, Mas.' jawabnya tegas. 'Tapi mulai intens awal Agustus tahun lalu!'
Batin saya mendorong untuk terus mengorek informasi menarik tentang Fafang dan Cupang. Lumayan buat pengisi blog www.rumahdanie.blogspot.co m
yang mulai meroket popularitasnya. Pun Fafang yang berbicara runtut
penuh percaya diri menceritakan muasal ia berkenalan dengan cupang dan
sekarang belajar wirausaha menjualnya.
Satu yang berkesan darinya, ia menyodorkan buku referensi cupang; tentang kontes cupang dari lokal sampai internasional, juga cerita seorang ahli cupang Indonesia yang melalang buana lewat kemahirannya dalam bercupang ria. Saya bisa saja menganggap Fafang berkedok biar disangka dengan memberikan buku referensi, tapi sama halnya ketika kami bercapoeira, ia juga menyuguhi saya buku referensi capoeira. Itu tandanya, Fafang punya hasrat pengin tahu yang besar berdasar kebenaran informasi. Beda dengan saya: lewat insting belaka.
"Anak ini punya bakat besar jadi peneliti nih!" batin saya.
Fafang yang terus menerangkan ketika saya bertanya "cupang yang bagus seperti apa?" membuat saya takjub seketika. Lalu saya menambahi pertanyaan drama begini:
'Ini cupangmu aku anggap karyamu. Bagaimana rasanya kalau dia dijual sama anak yang akan mengadunya dengan cupang lain?'
'Khawatir, Mas! Terus terang khawatir.' jawabnya sekali lagi dengan intonasi tertata.
Saya memancing kepekaan Fafang ternyata ia punya rasa eman yang tinggi terhadap binatang piaraannya.
'Kalau kita telat ganti air, sayap cupang akan menggulung.' jelas Fafang detail. Secara luar biasa, Fafang menerangkan bagaimana teknik merawat dan menghasilkan cupang dengan baik.
'Kau seharusnya menuliskan apa yang kamu lakukan dengan cupangmu, Fang. Ketika kamu memilih jenis makanan yang baik hasilnya kaya apa, kalau ganti air enaknya malam atau siang. Pikirkan dirimu peneliti kecil sebelum jadi besar!'
Racun itu saya tabur ke otak Fafang. Tentu racun baik yang merangsang otaknya untuk berkembang lebih lagi karena laporan kecimpung dirinya dengan cupang suatu waktu, kita tidak tahu masa depan bagaimana, bisa membuatnya jadi ahli cupang. Hobi bisa berbuah rezeki yang melimpah.
'Saya tunggu, Fang!' batin saya dalam antengnya Fafang memperhatikan masukan saya. 'Ingatlah, Fang: menjadi raja cupang butuh kesabaran dalam berproses. Nikmati setiap langkah menuju kegemilanganmu.'
Selamat belajar kawan saya Fafang. Sukses akademis, capoeira, dan cupang riamu! BRAVO!
Fafang tampak berpikir sebentar sembari menata botol botol air berisi ikan cupang andalannya. Agak menggelikan ketika tahu ada kemiripan antara namanya dengan binatang piaraannya. Jika nama si anak ini Hari, lain lagi ceritanya karena kemungkinan ia penyuka harimau.
'Sejak kecil, Mas.' jawabnya tegas. 'Tapi mulai intens awal Agustus tahun lalu!'
Batin saya mendorong untuk terus mengorek informasi menarik tentang Fafang dan Cupang. Lumayan buat pengisi blog www.rumahdanie.blogspot.co
Satu yang berkesan darinya, ia menyodorkan buku referensi cupang; tentang kontes cupang dari lokal sampai internasional, juga cerita seorang ahli cupang Indonesia yang melalang buana lewat kemahirannya dalam bercupang ria. Saya bisa saja menganggap Fafang berkedok biar disangka dengan memberikan buku referensi, tapi sama halnya ketika kami bercapoeira, ia juga menyuguhi saya buku referensi capoeira. Itu tandanya, Fafang punya hasrat pengin tahu yang besar berdasar kebenaran informasi. Beda dengan saya: lewat insting belaka.
"Anak ini punya bakat besar jadi peneliti nih!" batin saya.
Fafang yang terus menerangkan ketika saya bertanya "cupang yang bagus seperti apa?" membuat saya takjub seketika. Lalu saya menambahi pertanyaan drama begini:
'Ini cupangmu aku anggap karyamu. Bagaimana rasanya kalau dia dijual sama anak yang akan mengadunya dengan cupang lain?'
'Khawatir, Mas! Terus terang khawatir.' jawabnya sekali lagi dengan intonasi tertata.
Saya memancing kepekaan Fafang ternyata ia punya rasa eman yang tinggi terhadap binatang piaraannya.
'Kalau kita telat ganti air, sayap cupang akan menggulung.' jelas Fafang detail. Secara luar biasa, Fafang menerangkan bagaimana teknik merawat dan menghasilkan cupang dengan baik.
'Kau seharusnya menuliskan apa yang kamu lakukan dengan cupangmu, Fang. Ketika kamu memilih jenis makanan yang baik hasilnya kaya apa, kalau ganti air enaknya malam atau siang. Pikirkan dirimu peneliti kecil sebelum jadi besar!'
Racun itu saya tabur ke otak Fafang. Tentu racun baik yang merangsang otaknya untuk berkembang lebih lagi karena laporan kecimpung dirinya dengan cupang suatu waktu, kita tidak tahu masa depan bagaimana, bisa membuatnya jadi ahli cupang. Hobi bisa berbuah rezeki yang melimpah.
'Saya tunggu, Fang!' batin saya dalam antengnya Fafang memperhatikan masukan saya. 'Ingatlah, Fang: menjadi raja cupang butuh kesabaran dalam berproses. Nikmati setiap langkah menuju kegemilanganmu.'
Selamat belajar kawan saya Fafang. Sukses akademis, capoeira, dan cupang riamu! BRAVO!
Post a Comment