Header Ads

Tak Begitu Yakin Nenek Moyangku Seorang Pelaut

Foto dinding ini membuatku bertanya pada nenekku di ruang tamu yang tengah tertidur dalam buaian kursi goyangnya. Ia memangku sulamannya, kacamatanya melorot, dengan dengkurannya yang kucermati mirip suara Jupe si penari ular itu. Kuusap tangannya yang berkerut kerut kasar, matanya membuka dan mengenaliku.

'Bejo ....' Nenekku menempeleng pipiku keras. Ia menyangka aku Bejo, cucu pertamanya yang mati masuk sumur saat usia enam tahun, ialah kakak sulungku.
'Danie, Nenek pe ....'

Tak mampu kulanjutkan sampai peyot. Meski hatiku sering mangkel karena bayang bayang mas Bejo, kuterima jika jadi cucu bukan kesayangan memang menyakitkan.

'Gimana, Dan? Sudah siap sunat?' tanya nenek yang semakin pikun. Padahal dulu yang mengantar dan memegangi saat aku khitan ya nenek. Papa Mama sibuk.

Aku menunjuk foto dinding. Seorang perempuan molek berdada busung alias montok menyembul berkostum pelaut ada di sana. Kukedipkan mataku pada nenek tanda aku tanya 'Kenapa dulu memilih jadi pelaut?' Sengaja tak kuucapkan malah dengan kode karena kalau cara lazim akan aneh jawabannya. Nenekku kebalikannya; ditanya aneh, jawaban logis.

Lalu nenek bercerita jika foto itu masa gadisnya mengembara dunia. Ia sebetulnya mendaftar kuli kapal, diterima jadi awak kapal karena keseksiannya. Bertahun tahun ia jadi primadona para pelaut. Sampailah ia bertemu kakek seorang bajak laut Somalia. Aku tak pernah menemuinya, tapi katanya ia tampan sekelas Guruh Sukarnoputra. Tapi pakai anting hidung.

'Bejo, kakekmu yang meminta nenekmu ini resign dari pelaut.' kata nenek. 'Katanya, kalau aku terus melaut nanti ada orang bikin lagu "nenek moyangku seorang pelaut" kan benar sekarang!'
'Kenapa, Nek?' tanyaku masih dengan isyarat. Kali ini kucabut bulu hidungku.
'Karena nenek belum memberikan apa apa buat kalian. Tak pantas aku dikenang, Jo.'

Nenek memelukku kencang sampai aku sulit bernapas.

'Yang pantas jadi lagu adalah kakekmu! Ubah lagu itu jadi 'kakek moyangku seorang pelaut'. Nenek jaga rumah, asuh ibumu. Dan sekarang kamu, Jo. Betewe, nenek kebelet boker. Antar, Jo!'

Pun aku memapah nenek mengantarnya sampai WC. Sama dengan kecilku ia merawatku.

___________________
Follow my twitter @AndhyRomdani & FB: Andhy Romdani

Tidak ada komentar