"RODA NGABUBURIT" Pahlawan Semarang: Capoeirista Menggoyang Dombret Jateng dan DIY
Satu kata yang bisa dikatakan untuk acara Roda Ngabuburit Semarang Sabtu, 20 Juli 2013, lalu: Luar Biasa. Axe, semangat, para capoeirista se Jawa Tengah dan DIY tumpuk undhung di sini, bercampur untuk meledak bersama berujud ENERGI!
Sebelum ini saya mengucap terima kasih untuk Saudara Emanuel da Silva, Sing Bau Reksa Jacobina Arte, atas kerja ciamik Anda bareng tim. Rasa khawatir hujan turun mengguyur Kota Semarang dan memorakporandakan rencana terbayar tuntas. Cerah sekali langit malam itu, Kawan.
'Ini berkat mereka lempar celana dalam ke atap, Dan!' senggol Danuw Rachman Wahid, sobat Senzala Yogyakarta saya. Ia punya gaya kodok bangkong kalau beraksi di roda.
'Begitukah?' tanya saya.
'Ah kau, Mas Danie. Terlalu lugu kau ....' Danuw berkata.
Entah hubungannya apa, saya tidak berminat menulusuri lebih jauh, saya iyakan saja perkataan Danuw. Sebetulnya kesal sama dia lho. Secara dia kalau ada acara ke luar kota selalu telat dan bikin jantung kebat kebit Tim Senzala Yogyakarta. Pelatih kami, Mas Lupis, pun kalau begini keadannya berubah mukanya jadi tertekuk tekuk.
***
Di Bawen, dekat Ungaran, kami terjebak macet. Bala Senzala Yogyakarta lumayan panik karena jadwal acara jam 4.30 sore. Kata panitia, roda dimulai jam itu. Padahal, masih tiga puluh kilo lagi sebelum sampai di Jalan Pahlawan.
Untung bulan puasa. Luncuran aneka nama binatang lumayan tertahan dan berganti dengan umpatan binatang imut semacam: 'Dasar, Hamster!', 'Macet, Kucing!'. Anjing aman dalam hal ini.
Benar, kami telat. Jam setengah enam baru sampai. Namun, syukur pada Allah, roda belum berlangsung. Sobat Capoeira masih menunggu kami yang dari Jogja. Terima kasih aka kamsia ....
***
Salat Magrib dulu di Kantor Telkom yang berada di belakang tempat roda capoeira. Satpamnya seram seram. Ada yang perempuan berjilbab, berkawat gigi, berkerudung, berkata galak pada kami. Tapi kami berhasil melumpuhkan dengan meminta izin salat.
Alhamdulillah lagi. Danuw berhasil dapat takjil dengan muka memelasnya. Ia beralasan menaruh sarung namun takmir peka dengan gelagat Danuw yang lunglai. Kardus makanan pun beralih pada kami. Kenyang namun ini akan jadi bumerang bagi kami. Pada roda, nyaris kami muntah muntah karena perut terisi penuh.
***
Roda berlangsung seru. Sampai pukul setengah sebelas yang kami lanjutkan dengan nongkrong bareng di sebuah kedai kopi.
Tak terhingga kami ucapkan buat Jacobina Arte dan CDO yang menjamu kami. Acara selanjutnya, YOGYAKARTA. Rumusan konsep sedang digodok. Bisa jadi kami memilih tema Roda di Sarkem, Pasar Kembang tempat prostitusi terwahid di Jogja, di Penjara Taman Siswa, atau di Pantai Indrayanti. Mari kita pikirkan bersama .... dan BERDOA SELESAI.
--000--
Follow my Twitter @AndhyRomdani
Kunjungi pula FB saya: Andhy Romdani
Post a Comment