Tuli Mereka Untuk Kita
Perkenalkan
mereka tuli. Arif dan Kiki. Jika Anda menganggap tuli ialah ucapan
kasar, tidak menurut dua sahabat baruku itu. Arif dan Kiki nyaman
disebut tuli karena itu pemberian Tuhan bagi mereka. Tuna rungu atau tuli hanyalah sebutan yang tak mengurangi keberadaan mereka dan teman teman di DAF, Deaf Art Community Jogjakarta.
Kuceritakan sedikit awal diriku mengenal komunitas DAC. Waktu lalu pernah kutulis tentang pentas pantomim mereka di Taman Budaya Yogyakarta. Ingat kan? Ya, lepas aku dan teman teman Capoeira Yogyakarta berlatih rutin, eh ... ada acara pantomim. Gratis pula! Nah, sobat DAC unjuk kemampuan mereka. Dan walhasil, teman teman capoeira terpikat. Tak terkecuali diriku. Penampilan mereka yang ciamik melebihi orang normal. Kuakui, 'Aku kalah semangat!'
Datanglah Yusuf Zulkarnain dan karibnya Kiki Unyil. Mereka, kusebut sebagai, apa ya ... oke, pendamping DAC. Sebetulnya kata pendamping tidak tepat karena teman teman DAC orang yang mandiri. Baik itu saja. Yusuf bergabung dengan Capoeira Senzala Indonesia - Yogyakarta. Ia aktif bergerak di komunitas tuli tadi. Semalam kami dipertemukan dengan Arif dan Kiki.
ARIF dan KIKI
Arif yang menurutku semalam mengusik perhatianku. Kiki cenderung pendiam. Kucermati Arif sangat aktif. Telisik punya, ia konseptor keberhasilan pentas pantomim tempo lalu. Terpesonalah diriku. Ditambah ia pernah terbang ke Swiss sebagai perwakilan Indonesia di acara para penyandang tuli dunia, obrolan kami membuka.
Sesekali kutanyai Kiki, yang kuperhatikan ia sahabat paling dekat dengan Arif. Suaranya yang kecil agak kurang bisa kuikuti. Untung ada Kiki Unyil, Yusuf, dan Mada teman normal baru kami. Kami pun belajar bahasa isyarat bersama.
Ah, semalam memang keren! Bertemu dua tuli yang hebat menurutku. Dan Minggu besok kami akan berkumpul kembali di acara syukuran wisuda Mada Ramadhany, pendamping Arif dan Kiki juga. Terima kasih, Arif dan Kiki ....
Kuceritakan sedikit awal diriku mengenal komunitas DAC. Waktu lalu pernah kutulis tentang pentas pantomim mereka di Taman Budaya Yogyakarta. Ingat kan? Ya, lepas aku dan teman teman Capoeira Yogyakarta berlatih rutin, eh ... ada acara pantomim. Gratis pula! Nah, sobat DAC unjuk kemampuan mereka. Dan walhasil, teman teman capoeira terpikat. Tak terkecuali diriku. Penampilan mereka yang ciamik melebihi orang normal. Kuakui, 'Aku kalah semangat!'
Datanglah Yusuf Zulkarnain dan karibnya Kiki Unyil. Mereka, kusebut sebagai, apa ya ... oke, pendamping DAC. Sebetulnya kata pendamping tidak tepat karena teman teman DAC orang yang mandiri. Baik itu saja. Yusuf bergabung dengan Capoeira Senzala Indonesia - Yogyakarta. Ia aktif bergerak di komunitas tuli tadi. Semalam kami dipertemukan dengan Arif dan Kiki.
ARIF dan KIKI
Arif yang menurutku semalam mengusik perhatianku. Kiki cenderung pendiam. Kucermati Arif sangat aktif. Telisik punya, ia konseptor keberhasilan pentas pantomim tempo lalu. Terpesonalah diriku. Ditambah ia pernah terbang ke Swiss sebagai perwakilan Indonesia di acara para penyandang tuli dunia, obrolan kami membuka.
Sesekali kutanyai Kiki, yang kuperhatikan ia sahabat paling dekat dengan Arif. Suaranya yang kecil agak kurang bisa kuikuti. Untung ada Kiki Unyil, Yusuf, dan Mada teman normal baru kami. Kami pun belajar bahasa isyarat bersama.
Ah, semalam memang keren! Bertemu dua tuli yang hebat menurutku. Dan Minggu besok kami akan berkumpul kembali di acara syukuran wisuda Mada Ramadhany, pendamping Arif dan Kiki juga. Terima kasih, Arif dan Kiki ....
Post a Comment