Deaf Art Community ~Tuna Rungu yang Luar Biasa~
'Kita kena skak mat, Mas Danie!' luncur si Agnes di sampingku. Ia mengipasi wajahnya dengan telapak tangan kanannya dengan rusuh.
'Kenapa?' tanyaku terpingkal pingkal oleh aksi para tuna rungu yang tergabung dalam Deaf Art Community.
Malam itu, Senin 29 April 2013, saat dompetku nyaris tak bernyawa, hiburan Jogja Pantomime 2013 seakan mengalahkan kemelut hatiku karena duit. Agnes mengajakku menonton performa yang sekarang kuakui mencerahkan pribadiku. Belantara para tuna rungu dan diafabel lain sejak ruang antre masuk TBY, Taman Budaya Yogyakarta, membuatku takjub.
Agnes menyenggol lenganku dan menyorongkan kepalanya dekat telingaku. Berbisik. 'Meski tuli, mereka bisa berbuat!'
Aku menoleh ke arah Agnes. Matanya berkaca kaca. Kuulurkan tisu dan ia menangis lirih.
'Maafkan aku, Tuhan ....' Agnes menyemprotkan ingusnya keras.
'Kau tak perlu memohon maaf padaku, Agnes.' candaku. Ia tenang dan mengikuti penampilan Deaf Art Community.
***
TBY menurutku telah menjadi bagian warga Jogja. Hiburan berkualitas nan gratis sering ditampilkan di sini. Para seniman, muda dan senior, silih berganti menyemarakkan kompleks budaya di samping Shopping Book Center ini. Tari, teater, puisi, dan banyak lagi bisa disaksikan siapa saja yang suka. Tinggal pilih mana yang cocok dengan diri kita. Dan paling oke, TBY tempat berkumpul berbagai komunitas yang menggembleng dirinya secara mandiri. Luar biasa!
Tentang tampilan Deaf Art Community, aku memberikan tepukan berdiri yang tak henti henti. Telisik yang kulakukan, ide cerita yang mereka tampilkan berasal dari mereka sendiri. Ada mentor yang mengarahkan mereka dalam olah gerak dan mimik.
Jika Deaf Art Community tampil di lain waktu, aku dan Agnes akan meluncur ikut mengapresiasi aksi mereka!
Selamat buat sobat sobat DAC. Terima kasih atas suntikan semangat dari kalian!
_________________
Sumber gambar: jogjanews.com
aku pengen banyak berbincang sama mas danie..
BalasHapusAyo, Mada. hehehe
Hapus