Menggagas Pembalikan Nama CPNS/PNS menjadi Abdi Negara
Selalu menghias saat lebaran usai. Satu, dua, dan tiga PNS mendapat nilai buruk dari atasan mereka. Karena mangkir dari tugas awal usai Idul Fitri, selesai bersilaturahim dengan kerabat. Dan aneka alasan lain yang sendu.
Kurang, masih kurang karena hasrat bersafari tak terpenuhi. Di Kebun binatang sana, di mall sini, dan aneka pusat kegembiraan belum sepenuhnya disambangi. Juga, THR belumlah habis dibelanjakan, belum seratus persen manusia jelata dilempari koin, belum semua.
PNS maupun CPNS adalah predikat yang terus dikejar. Tanpa lelah. Dimimpikan, tak peduli ia dikritik habis, karena profesi itu akan membekukan otak karena sederet formalitas akan ditemui. Senioritas akan dilalui dalam jangka panjang nan menjemukan. Entah itu akan diisi dengan bermain catur, mengisi daftar hadir di facebook, atau berbelanja di tengah hari di pasar penuh sesak para petaruh hidup yang sesungguhnya. Mereka, para tukang becak, penjaja sayur beralas tanah, pengiris buah yang berhias senyum menawarkan sekadar dua butir semangka, atau para peracik makanan di restoran istimewa. Dan para abdi negara bernama Pegawai Negeri Sipil berada di antaranya.
Tak tahu tugas mereka seperti apa. Buta dan mungkin saja lontaran ini terkesan membabi buta, dan bisa dikatakan terlalu kasar. Sudahlah. Niat awal, ingin berbagi rembug tentang Abdi Negara yang baik, memajukan negeri, dan sopan terhadap orang orang yang dilayaninya.
Abdi Negara. Layaknya seorang abdi keraton yang sangat patuh kepada Paduka Raja. Tanpa pernah berpikir seberapa sen masuk ke dalam kantong hidupnya. Dan hanya pengabdian tak kenal lelah yang mutlak dilakukan. Tanpa dihantui oleh rasa kuatir anak dan cucu akan hidup seperti apa. Berfokus kepada pelayanan publik, mencitrakan diri mereka institusi yang ramah dan mengayomi segenap lapisan anak negeri. Tak peduli apakah ia berdarah bangsawan, berambut keriting khas Papua, ataupun Warga Negara Asli maupun Campuran. Abdi Negara adalah pewaris kebijakan, penyalur aspirasi ke bawah maupun ke atas, dan tugas tugas mulia lain.
Bersoraklah kepada lima tahun mendatang. Saat para Abdi Negara berkumpul di taman penuh keagungan rasa, menyambut manusia jelata yang ingin menjabat tangan, mengabarkan jika layanan mereka sudah menjelma menjadi kebaikan. Kepada tak terkecuali para abdi negara itu sendiri.
Pemerintah, berwajib untuk terus memperbaiki aparatur.
Abdi Negara, terus mengasah kepekaan dan profesionalitas diri untuk menjadi kebanggaan negara.
Masyarakat, mendorong penuh abdi negara untuk maju.
Hiduplah negeri ini, Nusantara yang jaya.
Kurang, masih kurang karena hasrat bersafari tak terpenuhi. Di Kebun binatang sana, di mall sini, dan aneka pusat kegembiraan belum sepenuhnya disambangi. Juga, THR belumlah habis dibelanjakan, belum seratus persen manusia jelata dilempari koin, belum semua.
PNS maupun CPNS adalah predikat yang terus dikejar. Tanpa lelah. Dimimpikan, tak peduli ia dikritik habis, karena profesi itu akan membekukan otak karena sederet formalitas akan ditemui. Senioritas akan dilalui dalam jangka panjang nan menjemukan. Entah itu akan diisi dengan bermain catur, mengisi daftar hadir di facebook, atau berbelanja di tengah hari di pasar penuh sesak para petaruh hidup yang sesungguhnya. Mereka, para tukang becak, penjaja sayur beralas tanah, pengiris buah yang berhias senyum menawarkan sekadar dua butir semangka, atau para peracik makanan di restoran istimewa. Dan para abdi negara bernama Pegawai Negeri Sipil berada di antaranya.
Tak tahu tugas mereka seperti apa. Buta dan mungkin saja lontaran ini terkesan membabi buta, dan bisa dikatakan terlalu kasar. Sudahlah. Niat awal, ingin berbagi rembug tentang Abdi Negara yang baik, memajukan negeri, dan sopan terhadap orang orang yang dilayaninya.
Abdi Negara. Layaknya seorang abdi keraton yang sangat patuh kepada Paduka Raja. Tanpa pernah berpikir seberapa sen masuk ke dalam kantong hidupnya. Dan hanya pengabdian tak kenal lelah yang mutlak dilakukan. Tanpa dihantui oleh rasa kuatir anak dan cucu akan hidup seperti apa. Berfokus kepada pelayanan publik, mencitrakan diri mereka institusi yang ramah dan mengayomi segenap lapisan anak negeri. Tak peduli apakah ia berdarah bangsawan, berambut keriting khas Papua, ataupun Warga Negara Asli maupun Campuran. Abdi Negara adalah pewaris kebijakan, penyalur aspirasi ke bawah maupun ke atas, dan tugas tugas mulia lain.
Bersoraklah kepada lima tahun mendatang. Saat para Abdi Negara berkumpul di taman penuh keagungan rasa, menyambut manusia jelata yang ingin menjabat tangan, mengabarkan jika layanan mereka sudah menjelma menjadi kebaikan. Kepada tak terkecuali para abdi negara itu sendiri.
Pemerintah, berwajib untuk terus memperbaiki aparatur.
Abdi Negara, terus mengasah kepekaan dan profesionalitas diri untuk menjadi kebanggaan negara.
Masyarakat, mendorong penuh abdi negara untuk maju.
Hiduplah negeri ini, Nusantara yang jaya.
Post a Comment