Internet Masuk Desa
Si buyung bermain internet. Mengetik ini dan itu. Dengan dua jari, telunjuk kanan dan telunjuk kiri. Baru mengenal teknologi. Bermula dari web google, yang dikenalkan oleh sahabatnya. Ia mulai lihai di hari yang kedua di kehidupan moderennya. Mulai mencari cari, web apa yang akan memuaskan dirinya. Bermula dari mencari gambar diri artis artis tanah air; Luna Maya, Maya Rumantir, Rumantir Maya Pada. Dan seterus terusnya, yang siap membius dirinya ke dunia penuh imajinasi tanpa batas.
Internet masuk desa. <<Oh Tuhan, saya kadang tak mengerti. Apakah dengan menulis bergaya kritis seperti ini, saya digolongkan menjadi orang idealis. Salahkah saya menulis dan bercerita hal hal yang selayaknya dikisahkan. Sialan. Jika benar saya salah, maka saya akan membenarkan. Buih, saya kembali ke cerita.>> Internet masuk desa. Segala informasi bisa dicari oleh si Buyung. Ia mulai mahir, bercerita dan berpromosi kepada sanak kadang lain: Jika ada teknologi yang lebih OKEH daripada televisi. Ia mengisahkan, Amerika Serikat dengan sangat mendetail. Australia yang banyak juga orang berpredikat manusiawi, yang tak sejahat digembar gemborkan para teroris fundamentalis. Atau kadang terselip cerita khas anak muda, SEKS.
Di hari ini, ia belajar banyak. Masih sebatas di permukaan belum menuju esensi. Kadang ia menyesal, di hari pertamapun ia mengeluh. Apalagi kalau tidak masalah biaya. Sangat membebani biarpun banyak warung internet yang menawarkan harga promosi satu jam 3 ribu, atau paket berjam jam dengan diskon khusus. Tapi sudahlah, daripada dianggap menjadi orang idealis tak tahu teknologi, setidaknya ia mencoba berinternet ria. Menurut versi dirinya.
Entah apa yang selanjutnya ia cari di internet. Wallahu'alam.
Internet masuk desa. <<Oh Tuhan, saya kadang tak mengerti. Apakah dengan menulis bergaya kritis seperti ini, saya digolongkan menjadi orang idealis. Salahkah saya menulis dan bercerita hal hal yang selayaknya dikisahkan. Sialan. Jika benar saya salah, maka saya akan membenarkan. Buih, saya kembali ke cerita.>> Internet masuk desa. Segala informasi bisa dicari oleh si Buyung. Ia mulai mahir, bercerita dan berpromosi kepada sanak kadang lain: Jika ada teknologi yang lebih OKEH daripada televisi. Ia mengisahkan, Amerika Serikat dengan sangat mendetail. Australia yang banyak juga orang berpredikat manusiawi, yang tak sejahat digembar gemborkan para teroris fundamentalis. Atau kadang terselip cerita khas anak muda, SEKS.
Di hari ini, ia belajar banyak. Masih sebatas di permukaan belum menuju esensi. Kadang ia menyesal, di hari pertamapun ia mengeluh. Apalagi kalau tidak masalah biaya. Sangat membebani biarpun banyak warung internet yang menawarkan harga promosi satu jam 3 ribu, atau paket berjam jam dengan diskon khusus. Tapi sudahlah, daripada dianggap menjadi orang idealis tak tahu teknologi, setidaknya ia mencoba berinternet ria. Menurut versi dirinya.
Entah apa yang selanjutnya ia cari di internet. Wallahu'alam.
BalasHapusAku termasuk telat berinternet, baru mulai semester 1. Kalah sama anak kampung.
Sori, kata Maya Pada khas dirimu saya pinjam
BalasHapus
BalasHapusCatut saja, Ndoro. Saya tak terlalu hirau akan hak cipta, hak paten, dan sepatu hak tinggi. Rawan varises.
Varises 1 garis, panitia penerimaan Teruna minta 25 juta. Mau?
BalasHapus
BalasHapusBiaya masuk Pemko 200 juta. Dipikir aku goblog apa... Mending bisnis kopi.
oke ntar kita cari peluang bisnis yak
BalasHapus
BalasHapusYang penting aksi.
Dirimu belum x
BalasHapus