Buatmu, Penggemar Tulisan-tulisanku. (Jangan Ragu untuk Mengagumi Karya Besarku)
Banyak orang yang menganggap aku adalah orang aneh dengan pemikiranku. Absurd, bahkan teman terbaikku menyandangkan kata itu kepadaku. Lain orang menyebutku ‘gila’ dan sulit diprediksi. Aku memang menyimpan rapat segala rahasia di dalam ceritaku. Yang ingin kulakukan, pembaca tulisanku terhibur dan menjadi cerdas dengan aneka tulisanku. Mungkin terlalu naif, tapi aku mempunyai cita-cita seperti itu. Aku ingin bersama pembaca tulisanku cerdas bersama-sama. Tidak ada kata penulis lebih pandai dibandingkan pembaca. Karena aku yakin, semua orang berproses menuju sebuah titik yang sama. Keabadian. Dan sebelum mencapai itu, aku ingin berbagi cerita kepada pembaca. Kisah yang kurenda menjadi kain yang memesona. Alangkah romantisnya diriku?
Aku lalu bertanya kepadamu, wahai penggemar tulisanku di negeri seberang. Apa yang kau dapatkan dari tulisan-tulisanku yang kadang aku sendiri tak mempercayainya? Sering kali aku merasa cemas dengan aneka tuduhan orang-orang yang tidak mengakui kualitas tulisanku. Disebut ‘tulisan binal tak tahu moral’, ‘perusak moral’, ‘penuh keculasan dan kesombongan’, dan aneka tuduhan lain. Aku kadang putus asa dan tak berharap banyak dengan hasil tulisanku. Satu yang ingin kusampaikan, aku berusaha melatih kejujuran hatiku. Melalui tulisan-tulisanku.
Bermimpi. Itulah yang ingin kusalurkan kepadamu wahai penggemarku di negeri seberang. Aku bermimpi indah, kusampaikan kepadamu. Aku bermimpi buruk, kuingin berbagi denganmu. Aku ingin kau menjadi teman terbaikku. Bukan sebagai pembacaku. Aku tahu jika kau juga mempunyai mimpi sendiri yang jauh lebih indah dibandingkan bualanku. Aku hanya ingin membagi kisahku di negeri khayal. Pasti kau mengerti wahai penggemar tulisanku.
Aku memutuskan untuk menutup mata bagi mereka yang mengkritisi tulisan-tulisanku. Semua itu kuanggap sebagai pemacuku untuk terus berjuang menyerukan isi hatiku. Mereka berhak mencelaku dan akupun berhak melanjutkan kisah-kisahku. Cerita indah, panas, mengharu biru, pembakar hati, dan kisah-kisah lain. Aku semakin menetapkan hatiku untuk terus menulis. Dan diam mendengarkan kicauan mereka.
Wahai penggemar tulisanku di negeri seberang. Kuharap kau di sana tak bosan mendengar tulisan yang kudendangkan. Meski nada dasar yang kuambil terlalu tinggi satu not, kuharap telingamu masih bisa menerima kekuranganku. Aku akan terus berjuang memperbaiki kualitas nyanyianku. Tinggal menunggu waktu seiring kerja kerasku memperbaiki penampilanku. Aku berjanji suatu hari nanti tulisan-tulisanku akan menjadi sesuatu yang berguna tidak hanya kepadamu, tapi banyak orang. Dan kuyakin itu membutuhkan waktu yang panjang.
Terima kasih atas kepercayaan yang telah kauberikan kepadaku. Jangan malu untuk memberikan masukan ataupun cela kepadaku. Walau kau tahu aku akan mendiamkannya. Jangan pernah ragu untuk mencerewetiku. Anggaplah diriku ini teman terbaikmu yang membuka hati sepenuhnya kepadamu. Aku rela menerima segala ucapanmu. Beban tanggung jawab yang kauberikan kepadaku kujadikan semangat untuk terus menulis. Mencapai cita-cita menjadi penulis kelas dunia. Semoga alam mendukung kita.
Monyoooooonnngggg............. Keknya kau udah terkena Kutukan Buku Pertama!!!!!!
BalasHapusTetap menulis, Sang Pujangga.
BalasHapusSeperti yang kerapkali kusampaikan dalam dakwah yang kulakukan; Sesekali Tampil Sebagai Anomali, Tak Mengapa.
Aku butuh rehat 3 hari untuk menaikkan semangatku karena pujian2mu itu ... Dasar!! Pujian itu membunuhku. Aku jadi lelet ....
BalasHapusHarus kuubah sana-sini biar aku nggak mengecewakan para penggemarku!
Jadi kritiklah aku demi lancarnya perjuangan ini. OK. Hihihi
Aku menyemangatimu, tau, bukan memujimu........ Kiranya kau perlu belajar lagi tata bahasa agar bisa membedakan redaksi berisi pujian dengan redaksi berisi penyemangat. Atau itu adalah bukti bahwa kau mulai sensitif (baca: haus) pujian dari para penggemar?
BalasHapusAku kritik fotomu aja ya.
BalasHapusMenurutku fotomu membuat selera makanku lenyap. Sumpah.
Ya dah deh
BalasHapusntar kubuka kamus besar bahasa Rindunesia dehh ....
aku hauss??? Minum jus jeruk aja
Tahukah kamu?
BalasHapusIni si Mbak dari Etiopia.
Jadi, jangan pernah berprasangka ya
sebuah keindahan tidak hanya dari kewajaran saja :P
Yup. Seperti adagium favoritku, yang entah sudah berapa kali kusampaikan--hingga membuat mulutku berbuih; De Gustibus Non Est Disputandum. Tidak Ada Yang Perlu Diperdebatkan Mengenai Selera.
BalasHapusBtw, stw, busway, tralala trilili, aku gak yakin kau mau punya bini anomali seperti Mbak Etiopia itu, congorne njengat >:p
BalasHapusJangan tuduh aku rasis atawa simpatisan KKK ya.
BalasHapusYa selera mah macam2 ...
BalasHapusRasis juga gapapa
toh dunia ini boleh dihuni orang dengan macam2 jenis2 dan golongan2 hihi
Iya, dunia ini kompleks deh.
BalasHapusSelamat berbagi makanan yahhh
BalasHapusYuk mari......
BalasHapus