Andai Bu Mega dan Bu Ani Bertarung di 2014
Membayangkan Megavati dan Ani Judojoni bertarung pada Pilpres 2014. Entah jika aku menyebut nama terang dua orang itu akan berujung bui. Biarlah. Toh ini fiksi. Megavati dan Ani Judojoni ku adalah tokoh rekaanku. Insan terkuat negeriku. Yang satu pemimpin Partai Kerbau, yang lain istri Ketua Dewan Syuro Partai Demokrasi Kebarat baratan. Yang satu ibu politik, yang satu ibu rumah tangga yang bercitra sangat sempurna.
'Loh Jeng. Anda mencalonkan diri kembali ya?' tanya Ani. 'Apa engga bosan Jeng?'
'Hehe ...,' Dengan tertawa tertahan, agak sinis, Megavati berdiplomasi tanpa bermaksud berdebat. 'Anda tahu apa? Siapa Anda?' Tiba tiba gaya suaranya mirip Ratna Sarumpet. "Saya tidak kenal Bapak yang di sana." Begitulah antara aktivis, idealis, dan kesombongan tak mudah dipisahkan.
Olala ....
'Saya Ani Jeng. Ibu nomor 1 di negeri ini.'
'Oh ya.' Serasa tahi lalat Mega hampir copot. 'Ibu kemarin sore. Bau kencur instan. Penggemar indomie goreng berbahan dasar sukun, sagu, dan singkong. Bisa apa Anda? Anda mau mencalonkan diri? Tak puas?'
'Jeng. Anda mulai sengak. Saya tanya baik baik. Diajeng jawab seenak tenggorokan.' Citra Ani mulai luntur.
'Ah tahu apa Anda tentang konstitusi negeri?'
'Saya dan Suami punya tim sukses.'
'Oke kita buktikan 5 tahun lagi.'
Stop. Tulisan sudah diendus KPK, Kepolisian, Bawaslu, dan organisasi Penyelamat Nama Baik individu negeri.
Makin ngeri. Stop saja. Cari topik lain.
'Loh Jeng. Anda mencalonkan diri kembali ya?' tanya Ani. 'Apa engga bosan Jeng?'
'Hehe ...,' Dengan tertawa tertahan, agak sinis, Megavati berdiplomasi tanpa bermaksud berdebat. 'Anda tahu apa? Siapa Anda?' Tiba tiba gaya suaranya mirip Ratna Sarumpet. "Saya tidak kenal Bapak yang di sana." Begitulah antara aktivis, idealis, dan kesombongan tak mudah dipisahkan.
Olala ....
'Saya Ani Jeng. Ibu nomor 1 di negeri ini.'
'Oh ya.' Serasa tahi lalat Mega hampir copot. 'Ibu kemarin sore. Bau kencur instan. Penggemar indomie goreng berbahan dasar sukun, sagu, dan singkong. Bisa apa Anda? Anda mau mencalonkan diri? Tak puas?'
'Jeng. Anda mulai sengak. Saya tanya baik baik. Diajeng jawab seenak tenggorokan.' Citra Ani mulai luntur.
'Ah tahu apa Anda tentang konstitusi negeri?'
'Saya dan Suami punya tim sukses.'
'Oke kita buktikan 5 tahun lagi.'
Stop. Tulisan sudah diendus KPK, Kepolisian, Bawaslu, dan organisasi Penyelamat Nama Baik individu negeri.
Makin ngeri. Stop saja. Cari topik lain.
BalasHapusIya, aku juga takut, mata-mata intelejen memantau sampai ke mayapada, melacak tangan-tangan iseng dan benak-benak bandel yang doyan subversi. Ah, ngeri, Ndy!!! Aku tak mau dikirim ke Pulau Buru atau ke Pulau Buruk Rupa sekalipun.
Sementara Diam dulu. Cocotmu nglewer. Meneng dhisik. Gejala Orde Baru mulai kambuh.
BalasHapusCek saja.
Dulu kerusuhan 98, apa yang dijadikan kambing congek? PRD.
Sekarang?
1. Usaha penggagalan pilpres.
2. Pendudukan KPU
3. Dan masi banyak lagi yg laeny.
Oy, niat kita bukan subversif. Tapi mata genit.
BalasHapusNtar kalo dah kondusip, bangunin aku ya. Sementara ini mending aku tapa brata, tapa geni atau tapa ngebleng sekalian. Kau mau kubawain oleh-oleh apa dari Gunung Simago-Mago? Kera bunting atau menyan rasa capuccino?
Yo
BalasHapus