Menemui Kembali Air Susu Ibu: Kembali Fitrah
Bunda, beberapa hari lagi aku kembali ke dalam pelukanmu. Kurasakan kehangatan yang setahun ini lepas melingkupi tubuhku. Aliran kasih sayangmu kupenggal demi meraih cita-cita yang menjulang. Aku anakmu yang selalu memimpikan masa-masa dahulu saat bersama. Merepih hari, merenda kasih bersama, menawarkan cinta kepada dunia. Bayangan itu masih ada, Bunda. Dan akan kubawa kembali ke rumah kita.
Masihkah sehat menyapa hatimu, Bunda? Kuharap malaikat malam selalu mengucurkan kasihNya kepadamu. Jangan, jangan pernah sakit menyertaimu. Aku tak ingin, tak rela jika ketulusanmu berganti dengan murka. Biarlah aku yang menanggung semua dosamu, aku rela sepenuh jiwaku. Selayaknya nanti kau berada di surga, bercakap-cakap dengan orang-orang yang ingin kautemui di sana.
Lantunan doamu kudengar dari sini, Bunda. Jelas, tak keruh, membalut jiwaku yang rapuh. Ingin kubangun kembali, menemuimu, kurasakan kembali gairah hidup yang selalu kau ucapkan. Rumah kita, biarpun reyot di mana-mana. Aku bahagia bisa menemuimu. Tunggulah beberapa hari lagi, Bunda. Kubawakan setangkai mawar harum untuk taman hatimu. Memarakkan hidupmu.
Bunda, andai Tuhan mengizinkan, aku ingin menjadi kanak-kanak kembali. Aku rela melepaskan semua ibadahku agar kau selalu di sisiku. Membimbingku, memarahiku jika aku alpa, dan membuangku jika aku berlaku biadab. Biarlah Bunda ....
Aku menanti hari pertemuan dengan Bundaku.
Masihkah sehat menyapa hatimu, Bunda? Kuharap malaikat malam selalu mengucurkan kasihNya kepadamu. Jangan, jangan pernah sakit menyertaimu. Aku tak ingin, tak rela jika ketulusanmu berganti dengan murka. Biarlah aku yang menanggung semua dosamu, aku rela sepenuh jiwaku. Selayaknya nanti kau berada di surga, bercakap-cakap dengan orang-orang yang ingin kautemui di sana.
Lantunan doamu kudengar dari sini, Bunda. Jelas, tak keruh, membalut jiwaku yang rapuh. Ingin kubangun kembali, menemuimu, kurasakan kembali gairah hidup yang selalu kau ucapkan. Rumah kita, biarpun reyot di mana-mana. Aku bahagia bisa menemuimu. Tunggulah beberapa hari lagi, Bunda. Kubawakan setangkai mawar harum untuk taman hatimu. Memarakkan hidupmu.
Bunda, andai Tuhan mengizinkan, aku ingin menjadi kanak-kanak kembali. Aku rela melepaskan semua ibadahku agar kau selalu di sisiku. Membimbingku, memarahiku jika aku alpa, dan membuangku jika aku berlaku biadab. Biarlah Bunda ....
Aku menanti hari pertemuan dengan Bundaku.
Post a Comment