Jika Menulis Membuatku Miskin, Aku Siap!
Jika kau menganggap aku menulis hanya untuk menuju kemiskinan, biarlah alam memberiku sesuap nasi. Andai harta tak mengikuti tubuhku, biarlah aku tetap menulis, walau gemerlap tak melumuri sekujur tubuhku. Biarkan aku hancur dalam kemiskinan itu, setidaknya aku jujur kepada dunia yang menerimaku dan kerentaanku.
Menulis bagiku bukan sebuah keinginan untuk meraih dunia. Aku belajar untuk memahami diriku apa adanya. Mencoba mengurai segenap kesalahan yang terus kulakukan. Menumpuk segala resah, merubuhkan dinding keculasan dalam hati dan pikiranku. Jika kemiskinan benar-benar bersandang dalam tubuhku, setidaknya bukan jiwaku.
Aku bukan seperti dia yang meraup bermilyar-milyar bintang di angkasa. Tak pula kumempunyai sekelompok anjing herder yang mencorongkan berita keunggulanku. Bukan, bukan dia dan mereka. Aku bukanlah siapa-siapa dibandingkan seluruh para penulis yang bergelimpang penghargaan dan uang di balik bantal nyenyaknya. Tapi, aku punya hati yang ingin kutawarkan kepada sekeping pembaca setiaku, walaupun seorang. Setidaknya aku jujur kepada diriku sendiri, pada duniaku, bahwa aku menulis untuk mencari bagian jiwaku yang hilang.
Separuh kehidupanku menuju enam dasawarsa, kuingin menuliskan berbagai cerita indah. Walau entah kapan kuberikan langsung kepada pembaca.
--Menuju kemiskinan jika benar adanya.
Menulis bagiku bukan sebuah keinginan untuk meraih dunia. Aku belajar untuk memahami diriku apa adanya. Mencoba mengurai segenap kesalahan yang terus kulakukan. Menumpuk segala resah, merubuhkan dinding keculasan dalam hati dan pikiranku. Jika kemiskinan benar-benar bersandang dalam tubuhku, setidaknya bukan jiwaku.
Aku bukan seperti dia yang meraup bermilyar-milyar bintang di angkasa. Tak pula kumempunyai sekelompok anjing herder yang mencorongkan berita keunggulanku. Bukan, bukan dia dan mereka. Aku bukanlah siapa-siapa dibandingkan seluruh para penulis yang bergelimpang penghargaan dan uang di balik bantal nyenyaknya. Tapi, aku punya hati yang ingin kutawarkan kepada sekeping pembaca setiaku, walaupun seorang. Setidaknya aku jujur kepada diriku sendiri, pada duniaku, bahwa aku menulis untuk mencari bagian jiwaku yang hilang.
Separuh kehidupanku menuju enam dasawarsa, kuingin menuliskan berbagai cerita indah. Walau entah kapan kuberikan langsung kepada pembaca.
--Menuju kemiskinan jika benar adanya.
Ah, maka secara sepihak aku telah menahbiskan diriku sebagai penikmat setia karya-karya seorang penulis miskin, jika kau tak keberatan.
BalasHapusTerlalu berat menerima beban itu. Tapi dia berusaha!
BalasHapusBukan aku kan?