Header Ads

Calon Pemimpin Impianku (Dalam Apatis)

Calon Pemimpin Impian

Jika calon pemimpinku perempuan, kriterianya sebagai berikut:

  1. Tak boleh sering menangis saat berorasi politik. Sekali-kali saja dan itu pun cuma dalam hitungan menit. Satu menit saja, seperti cerdas tangkas saat pemaparan program-program unggulan di stasiun televisi pemilu.
  2. Tak berrias secara berlebihan. Masih diperbolehkan memakai bedak. Selebihnya tidak. Politik sungguh kejam jadi kesan manis dan romantis tidak dibutuhkan. Karena kebanyakan para pemimpin dunia berkelamin laki-laki, sebaiknya wajah calon pemimpinku yang berkelamin perempuan dibuat a la kadarnya. Inilah penyamaan harkat dan martabat lintas gender.
  3. Tidak diperbolehkan memakai hak tinggi. Panggung politik berbeda dengan panggung pamer batik nusantara. Keanggunan dan kegenitan tak diperlukan. Tapi sebentar, sepertinya bisa dijadikan alternatif. Di saat tetangga sebelah menodongkan meriam, pemimpin perempuan maju ke depan, mengibaskan kipas di depan wajahnya, dan musuh akan terkesima tak jadi menjajah negeri ini.
  4. Tak usah terlalu pandai. Apalah arti sebuah gelar akademis, tak penting pula sebuah intelektualitas. Jika sudah mengalungi berbagai gelar, pasti akan mengucapkan hal seperti ini:

“Masyarakat akan sejahtera bila wanitanya sejahtera. Namun jika pemimpinnya laki-laki, belum tentu.”

  1. Tak mempunyai suami gembrot. Tak pula yang bersuami seorang pengusaha. Karena tak mudah memisahkan antara asmara dan negara. Bisa-bisa, karena semalam tak meladeni makan malam suaminya, saat sidang paripurna emosinya meledak.

“Saudara-saudara, saya rasa undang-undang kita ... mmm ... saya rasa saya menyesal karena tak mampu meladeni suami saya ... mmm ... saya merasa bukan istri yang baik ... hik hik ... meladeni makan malam suami saja saya tidak becus. Tolong ambilkan tisu, Ajudan.”

 

Jika calon pemimpinku seorang lelaki, aku meminta hal-hal berikut:

  1. Mempunyai gelar Ph.D. Ini dikarenakan masalah dalam negeri kita amat pelik, jadi setiap keputusan dipertimbangkan masak-masak seperti para filsuf. Jadi satu Keppres harus melalui ritual yang berliku dan protokoler sampai dihasilkan peraturan yang benar-benar seperti kristal. Berkilauan hingga warganya silau, meninggalkannya.
  2. Berperawakan besar dan tidak kuntet. Menarik massa untuk mengikuti pikiran-pikiran politik harus ditunjang dengan vitalitas tubuh. Suara merdu juga menjadi daya pikat tambahan yang mampu mengunggulkan harkat bangsa. Setiap tamu negara dijamu secara tradisional, dihidangi masakan khas wisata kuliner, diiringi lantunan merdu suara sang presiden. Tukar-menukar pemikiran politik antar pemimpin negara sebaiknya dilakukan melalui komunikasi per telepon. Rahasia negara harus terjaga dari sorotan kamera media gosip. Pelajaran politik untuk warga negara mutlak dilaksanakan di sekolah-sekolah saja. PPKn, Pendidikan Bela Negara, Pancasila, dan aneka pencekokan materi politik basi.
  3. Tak masalah jika calon presiden pernah diisukan melakukan praktik pembantaian salah satu suku. Hukum a la cuci piring sudah bisa membersihkan kesalahan-kesalahan yang melekat di jas politik gemulai sang tokoh. Sekali kibas, kotoran-kotoran bernada rumor akan terlempar ke kubangan lumpur Lapindo. Masalah lepasnya salah satu negeri dari tangan Bumi Rindunesia adalah kenangan yang tak perlu diingat-ingat. Kita masyarakat yang pemaaf, tak perlu saling bermusuhan. Tuhan saja Maha Pemaaf, masa seorang pemimpin sekaliber X tak bisa dimaafkan masyarakat cerdasnya.
  4. Pemimpin bergaris keras juga bisa dijadikan pilihan. Kita coba saja apakah mulut mereka masih mampu melemparkan tuduhan-tuduhan panas saat di meja kepresidenan? Kita tunggu saja hasilnya.
  5. Jika mungkin, pilihlah calon presiden dari golongan independen. Sekarang sedang ngetren wacana pemimpin di luar partai. Tinggal menanggalkan peci, hilang sudah kesan garang sebagai calon pemimpin. Kemarahan dan jenuhnya masyarakat bisa menjadi makanan empuk bagi calon-calon pemimpin muda yang pelan-pelan sama menjadi binatang. Kita masih masih menyangsikan.

 

Semoga ada salah satu calon yang memenuhi kriteria-kriteria aneh yang kuberikan. Aku hanya salah seorang warga yang bimbang memilih. Hingga tega memberikan sodoran persyaratan-persyaratan tak masuk akal kepada CALON PENGUASA.

Tidak ada komentar