Agresi Militer 3: Tindakan Spektakuler
Aku memutuskan melakukan tindakan kekananak-kanakan ini agar kau mengerti pecahan diriku. Dan aku ingin mengumpulkan serpihan-serpihan itu menjadi satu. Tanpa bantuanmu. Kuharap kau mau menyadarinya. Jangan pernah lagi menyiksaku dengan perbandingan-perbandingan yang kauucapkan. Aku adalah insan yang terus mencari sejatinya diriku.
Sekali lagi, janganlah kau memperbandingkan aku dengan orang yang kauanggap baik. Itu melonjakkan amarahku. Aku tak akan mungkin menjadi dia, dan aku juga tak sudi menjadi seperti idolamu. Aku adalah aku yang terus mencari karakter yang sesuai dengan diriku. Cobalah pahami kenyataan ini.
Kurang apa kumemahami dirimu. Telah banyak aku mengalah dan tak mempermasalahkan hinaanmu yang terus bertumpuk. Aku menjadikannya hiasan hidup yang menyemaikan kedewasaanku. Tapi jika lama kelamaan kau tak sadar ucapan berbisamu, tentu kemarahanku melesat. Menembus egositasmu dengan mendiamkanmu.
Aku berusaha menjadi insan yang tak sombong. Namun kau mengungkit keangkuhanku dan membangkitkannya. Hingga aku kini kembali terperosok dan meronta-ronta menahan gerakan sang amarah. Apakah kau tak sadar jika semua tindakanmu melecehkanku? Pahamkah dirimu dengan keadaan ini?
Kau menempatkanku di sudut tersulit yang sebenarnya ingin kuhindari. Sudahlah, semua telah terjadi. Kebekuan hati, mulut, dan otakku kini kusumpahkan kepadamu. Aku tak sudi untuk sekadar berbasa-basi lagi. Aku sekarang menjadi manusia baru yang tak akan kau temui lagi sebelum ini. Keceriaan itu tidak akan kuolah lagi, namun kubiarkan apa adanya. Biar semua tahu jika keceriaan itu sebuah ilmu dinamis bukan kuburan. Dan kau menggali kuburan itu. Bukan aku!
Post a Comment